Jakarta (ANTARA) - Penyanyi Mytha Lestari mengungkapkan sebuah dilema menjelang kelahiran anak pertamanya akhirnya bisa selesai ketika dia memutuskan mendengarkan naluri keibuannya untuk kali pertama.

Sebelum melahirkan, dia harus menahan rasa sakit selama tiga hari diinduksi di rumah sakit hingga akhirnya air ketubannya pecah pada hari ketiga. Dokter sempat meminta Mytha menunggu selama 24 jam. Saat itu dia mengalami dilema haruskah melahirkan normal dalam kondisi begitu atau memilih operasi caesar (sesar).

"Aku minta dioperasi saja, enggak ada ibu yang mau melahirkan caesar. Pas masuk dalam ruang operasi, ternyata masih pembukaan lima, tetapi air ketuban sudah habis, kering. Melahirkan pertama adalah pengalaman pertama insting keibuan harus didengar ibu. Kalau enggak dioperasi engak tahu gimana (lagi nasib anak)," ujar dia dalam sebuah talkshow yang digelar daring, Jumat.

Dia bersyukur sang suami mendukung keputusannya melahirkan kala itu baik itu normal ataupun caesar. Mytha pun lega karena mendengarkan kata hatinya, buah hatinya pun lahir dengan selamat dan berada dalam kondisi sehat.

Baca juga: Mytha Lestari kembali dengan lagu "Dunia"

Baca juga: Beda kosongkan payudara pakai pompa vs menyusui untuk produksi ASI


Masalah Mytha tak sampai di situ, produksi ASI yang sempat terhambat menjadi berikutnya. Selama tiga hari dia tidak bisa menyusui bayinya karena sama sekali tak ada ASI yang keluar. Gara-gara hal ini dia sempat mengalami stres hingga depresi postpartum yakni depresi yang terjadi setelah melahirkan.

"Aku sampai ke psikolog. Tiga hari ASI enggak keluar, stres aku, ditambah kolega bilang saat anakku menangis, "kasian belum minum susu', makanya aku kena postpartum depression, jedotin kepala ke tembok," tutur dia.

Namun, masalah ini tidak berlangsung lama. Setelah berdiskusi dengan pakar kesehatan, Mytha mulai tenang dan perlahan ASI-nya keluar. Dia pun bisa memberikan ASI eksklusif untuk buah hatinya selama enam bulan.

Dalam kesempatan itu, dokter spesialis anak sekaligus konselor laktasi Wiyarni Pambudi menyampaikan setidaknya ada empat kondisi yang bisa memicu produksi ASI seorang ibu. Pertama, ibu dan bayi harus melakukan kontak kulit ke kulit sesering mungkin karena hal tersebut sangat merangsang produksi ASI.

Kedua, suami dan keluarga harus bisa membantu menciptakan suasana nyaman dan bahagia bagi ibu secara fisik dan psikis. Menurut dia, dengan pikiran yang rileks dan fisik yang sehat maka tubuh akan percaya diri dan lancar memproduksi ASI.

"Seorang ibu yang bahagia, hormon oksitosinnya tinggi. Hal tersebut memperlancar keluarnya ASI. Hal itu harus diimbangi dengan menyusui si bayi sehingga hormon prolaktin yang memproduksi ASI juga bisa tetap tinggi. Tidak benar itu kebiasaan menyusui secara terjadwal, karena itu hanya akan menghambat produksi ASI," tutur Wiyarni.

Ketiga, sang ibu dan orang-orang di sekitarnya harus memiliki pengetahuan yang cukup mengenai ASI, sehingga tahu apa yang harus dilakukan selama proses menyusui.

Terakhir, menjaga nutrisi yang cukup bagi tubuh di bulan puasa sehingga jumlah dan kualitas ASI yang diproduksi tetap baik.

Baca juga: Busui ingin puasa? Berikut cara menyiasatinya

Baca juga: Fakta ASI, foremilk versus hindmilk mana yang lebih penting?

Baca juga: Jangan diet, ibu menyusui harus memiliki enam zat gizi penting

Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2021