Sydney (ANTARA) - Australia akan meninjau kembali kontrak sewa 99 tahun dari pelabuhan komersial dan militer di wilayah utaranya untuk sebuah perusahaan China, menurut laporan surat kabar Sydney Morning Herald pada Minggu malam (2/5).

Itu merupakan sebuah langkah yang selanjutnya dapat mengobarkan ketegangan antara Beijing dan Canberra.

Para pejabat pertahanan Australia sedang memeriksa apakah perusahaan Landbridge Group, yang dimiliki oleh miliarder China Ye Cheng, harus dipaksa menyerahkan kepemilikannya atas pelabuhan di Darwin -- ibu kota Northern Territory dengan alasan keamanan nasional, kata surat kabar itu.

Baca juga: Parlemen Australia perdebatkan mosi pelanggaran hak di Xinjiang China
Baca juga: Australia desak China beri akses tim COVID WHO 'tanpa ditunda'


Komite keamanan nasional telah meminta departemen pertahanan untuk "kembali dengan beberapa masukan" tentang kontrak sewa itu dan peninjauan sedang dilakukan, kata Menteri Pertahanan Australia Peter Dutton seperti dikutip dalam laporan surat kabar itu.

Departemen pertahanan, kantor Landbridge Australia dan kedutaan besar China di Canberra belum menanggapi permintaan komentar.

Landbridge, yang memiliki hubungan dekat dengan militer China menurut beberapa laporan media, memenangkan proses penawaran pada 2015 untuk mengoperasikan pelabuhan di Darwin tersebut dalam kesepakatan senilai 506 juta dolar Australia (sekitar Rp5,63 triliun).

Keputusan tahun 2015 itu mengejutkan Amerika Serikat karena pelabuhan tersebut adalah sisi selatan operasi militer AS di Pasifik. Media Australia melaporkan bahwa Presiden Barack Obama saat itu menyatakan kemarahannya pada Perdana Menteri Malcolm Turnbull karena tidak memberi tahu dia tentang kesepakatan itu.

Pekan lalu, Perdana Menteri Scott Morrison mengatakan dia akan bertindak mengenai status kepemilikan pelabuhan itu jika masalah keamanan nasional diangkat.

Australia merombak undang-undang investasi asing hampir setahun yang lalu. Perombakan itu memberi pemerintah kekuasaan untuk mengubah atau memberlakukan ketentuan baru pada kesepakatan bisnis atau memaksa divestasi bahkan setelah kesepakatan disetujui oleh Badan Penanaman Modal dan Peninjau Asing.

Hubungan antara Australia dan China memburuk setelah Canberra tahun lalu menyerukan penyelidikan internasional tentang asal-usul COVID-19, yang mendorong tindakan pembalasan di bidang perdagangan dari Beijing.

Sumber: Reuters

Baca juga: China: Australia harus hindari memperburuk hubungan bilateral
Baca juga: Australia batalkan kesepakatan untuk Satu Sabuk, Satu Jalan China

Penerjemah: Yuni Arisandy Sinaga
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2021