Jakarta (ANTARA) - Industri teknologi finansial (tekfin) di Indonesia kian berkembang untuk pengembangan Usaha Kecil Menengah (UKM) yang kini tengah didorong oleh Pemerintah Indonesia.

Salah satunya yang tengah naik daun adalah bentuk equity funding, seperti yang tengah dikembangkan oleh PT Numex Teknologi Indonesia atau dikenal juga dengan nama LandX.

"Equity crowfunding ini tergolong masih baru tapi memang industri ini memang tengah didukung pemerintah dari Kemenkeu, lalu dari sisi OJK sebagai langkah pemulihan ekonomi nasional," kata Co-founder LandX Romario Sumargo dalam konferensi pers virtual, Rabu.

Bentuk pendanaan tekfin ini berbeda dari yang sudah dikenal masyarakat seperti pinjaman Peer to Peer (P2P) lending atau pun capital venture.

Equity crowfunding merupakan pendanaan berbasis urunan, jadi pelaku bisnis mendapatkan dana dari para investor yang tertarik.

Baca juga: LandX kumpulkan pendanaan Rp6,69 miliar

Memiliki skema kerja yang mirip dengan pasar saham, dana partisipasi dari investor itu kemudian dikonversi menjadi persentase kepemilikan saham.

LandX merupakan salah satu perusahaan tekfin yang menyediakan layanan equity funding dan baru beroperasi pada akhir 2020.

Hingga kini tercatat ada sebanyak 35.139 pengguna aplikasi yang telah mendaftar untuk bergabung menjadi investor di equity fund.

Hingga Rabu (4/5) tercatat sudah sebanyak Rp 52, 09 miliar dana yang disalurkan kepada para pebisnis UKM lewat aplikasi milik LandX.
Co-founder LandX Romario Sumargo dalam k9nferensi pers virtual, Selasa (4/5/2021). (Pexels)


"LandX ini mempertemukan para pemilik bisnis dan investor. Jadi investor disini membeli sahamnya, keuntungannya ada capital gain kenaikan harga bisnis dan ada dividen dari performance keuntungan dari bisnis tersebut," ujar Romario.

Hak yang membedakan equity crowfunding dan pasar saham adalah jenis bisnis atau perusahaan yang terdaftar serta jumlah pendanaan yang bisa diraih.

Dari jenis bisnis, equity crowfunding menyediakan ruang pendanaan bagi usaha yang bukan perusahaan publik dan masih bersifat tertutup.

Selain itu jumlah maksimal pendanaan yang bisa diterima perusahaan dibatasi dengan maksimal nominal Rp10 miliar.

Salah satu perusahaan UKM yang telah berhasil mendapatkan pendanaan dari equity crowfunding adalah bisnis kuliner Dragon Hot Pot.

Dalam waktu 1,5 jam, pemilik usaha Dragon Hot Pot mendapatkan pendanaan dengan nominal sebesar Rp10 miliar dari 337 investor dan menjadi usaha yang paling cepat mendapat pendanaan dari aplikasi equity crowfunding di Indonesia.

Bagi anda yang tertarik menjadi investor untuk mendanai UKM di Indonesia, anda bisa mulai dengan dana Rp1 juta untuk membeli 1 lot yang berisi 100 lembar saham dan menjadi jumlah minimum untuk memulai pendanaan di LandX.

Anda tidak perlu khawatir seleksi bisnis untuk pendanaan di LandX melewati proses panjang dan ketat sekitar 1- 1,5 bulan.

Selama 1-1,5 bulan itu perusahaan yang ingin mendapatkan pendanaan disurvei dari tiga aspek yaitu keberlanjutan atau sustainability, integritas, dan profitability.

"Kita jadi cari bisnis yang berkelanjutan yang setidaknya punya biaya untuk menutup rutinitas bisnisnya. Jadi yang usaha muncul karena populer dan viral gitu kita jarang terima untuk pendanaan," kata Romario.

Skema pendanaan UKM lewat metode Equity Crowfunding di Indonesia mengacu pada Pasal 23 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 37 Tahun 2018 tentang Layanan Urun Dana melalui Penawaran Saham Berbasis Teknologi Informasi atau Equity Crowdfunding (“POJK 37/2018”).

Dengan adanya payung hukum itu, pendanaan untuk UKM yang dijembatani LandX dapat dipercaya dan membantu berkembangnya bisnis- bisnis baru di Indonesia.

Baca juga: OJK buka kembali permohonan perizinan "equity crowd funding"

Baca juga: OJK sebut baru 1 fintech urun dana peroleh izin, 10 lainnya belum

Baca juga: LandX umumkan pencapaian tertinggi penyaluran dana ECF kuartal I 2021

 

Pewarta: Livia Kristianti
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2021