Tulungagung, Jatim (ANTARA) - Polisi sempat mengalami kesulitan melacak informasi ledakan petasan yang melukai sembilan pemuda di Desa Sukorejo Wetan, Kecamatan Rejotangan, Tulungagung, Jawa Timur, karena warga sekitar memilih diam saat ditanyai petugas yang turun lapangan.

"Kami sempat tanya-tanya warga karena tidak ada laporan kejadian ke polisi. Kami justru tahu dari kabar dari media sosial yang beredar, termasuk awak media," tutur Kapolsek Rejotangan AKP Heri Poerwanto memberi keterangan di kantor Kecamatan Rejotangan, Selasa.

Bukannya proaktif memberi petunjuk awal kepada polisi, warga malah menutup semua pintu rumah. Lampu-lampu rumah juga dimatikan. Akibatnya petugas tidak mendapat informasi akurat mengenai kejadian maupun titik lokasi ledakan yang sudah beredar di medsos.

Baca juga: Dua korban ledakan petasan di Tulungagung meninggal dunia

Polisi baru mendapat kepastian insiden ledakan setelah mendatangi RS Madinah dan RSUD dr. Iskak Tulungagung. Di tempat yang disebut terakhir ini, petugas mendapati sembilan warga Desa Sukorejo Wetan yang luka bakar serius mendapat perawatan intensif di Instalasi Gawat Darurat. Empat kritis dan lima lainnya luka bakar skala sedang.

"Setelah mendapat kepastian korban ini baru petugas kami kembali ke Desa Sukorejo Wetan dan mendatangi warga demi mendapat klarifikasi dan lokasi kejadian. Awalnya masih ada yang mengelak sampai akhirnya ada salah satu warga yang menangis histeris dan menunjukkan rumah korban," kata Heri.

Baca juga: Ratusan petasan meledak lukai belasan pemuda di Tulungagung
Warga menyaksikan proses olah TKP ledakan petasan yang tewaskan dua remaja dan lukai tujuh lainnya di Desa Sukorejo Wetan, Tulungagung, Selasa (11/5/2021). ANTARA/Destyan Sujarwoko/am.

Sikap tertutup juga terkesan saat warga Desa Sukorejo Wetan yang anggota keluarganya ikut menjadi korban ledakan petasan, menunggu proses penanganan di Instalasi Gawat Darurat RSUD dr. Iskak.

Beberapa keluarga korban "pelit" bicara soal kronologi kejadian, terutama terhadap orang selain petugas rumah sakit. Namun mereka membenarkan anggota keluarganya menjadi korban ledakan petasan.

"Kami tidak tahu mengapa warga tidak bersikap proaktif melaporkan kejadian ini. Mungkin takut," katanya.

Heri memastikan kasus tersebut akan diusut tuntas. Hasil olah tempat kejadian perkara yang pertama maupun kedua, tim Inafis Satreskrim Polres Tulungagung menemukan sejumlah bukti petunjuk.

Baca juga: Polisi olah TKP ledakan petasan yang tewaskan 2 remaja di Tulungagung

Mulai dari bubuk mesiu, tiga buah petasan seukuran betis orang dewasa yang masih utuh dan siap pakai, selongsong petasan terbuat dari kertas, peralatan untuk membuat petasan, uang, sumbu petasan hingga parang di dalam rumah Abdullah yang menjadi titik lokasi ledakan.

Seluruh barang bukti dibawa ke Polres Tulungagung untuk kepentingan penyidikan lebih lanjut.

Penyelidikan kasus ledakan petasan yang merenggut korban jiwa dan sejumlah lainnya luka-luka ini menjadi atensi jajaran Polres Tulungagung.

Dua korban yang terlibat dalam proses pembuatan petasan telah bisa dimintai keterangan karena kondisi fisiknya stabil. Namun lima warga lain masih terus dilakukan observasi oleh tim medis di Instalasi Rawat Darurat.

"Keterangan awal yang kami terima, insiden ledakan terjadi setelah salah satu buah petasan yang telah diisi bubuk mesiu, coba ditutup menggunakan potongan besi sisa proyek," katanya.

Pewarta: Destyan H. Sujarwoko
Editor: Joko Susilo
Copyright © ANTARA 2021