Brussel (ANTARA) - Uni Eropa bersedia untuk menyepakati pemenuhan kontrak pasokan vaksin COVID-19 AstraZeneca tiga bulan lebih lambat dari apa yang telah disepakati, dengan syarat perusahaan tersebut mengirimkan 120 juta dosis pada akhir Juni, kata seorang pengacara pada Selasa.

Pengacara tersebut berbicara di pengadilan Belgia saat proses dalam kasus hukum kedua yang diajukan oleh Komisi Eropa terhadap AstraZeneca terkait keterlambatan pengiriman vaksin berjalan.

Para pejabat yang memahami kasus tersebut mengatakan bahwa tuntutan tersebut sebagian besar adalah prosedural - berkenaan dengan kelayakan isu tersebut - usai satu kasus pertama diluncurkan pada April, dan akan membiarkan Uni Eropa untuk mendapatkan kemungkinan ganti rugi finansial.

Meski demikian, Uni Eropa meminta di pengadilan pada Selasa untuk kompensasi secara simbolis sebesar 1 euro untuk apa yang disebutnya sebagai pelanggaran kontrak oleh AstraZeneca.

Seorang pengacara untuk AstraZeneca mengajukan komplain di pengadilan bahwa eksekutif Uni Eropa telah mengajukan kasus kedua, mengingat kasus tersebut telah dibuka.

Sebelumnya AstraZeneca telah setuju dengan Uni Eropa untuk mengirimkan 300 juta dosis vaksin COVID-19 pada akhir Juni, namun sejauh ini baru mengirimkan 50 juta.

Pengacara EU mengatakan di pengadilan bahwa blok itu dapat menerima kontrak penuh sebanyak 300 juta dosis untuk dikirimkan pada akhir September, namun perusahaan itu harus mengirimkan 120 juta dosis pada akhir Juni.

Pengacara AstraZeneca mengatakan pada hakim bahwa perusahaan itu "berharap" dapat mengirimkan 100 juta dosis pada akhir Juni.

Sumber: Reuters
Baca juga: EU: Belum ada keputusan soal kasus hukum terhadap AstraZeneca
Baca juga: EU persiapkan kasus hukum terhadap AstraZeneca atas kekurangan vaksin
Baca juga: AstraZeneca dan Uni Eropa bicarakan kekurangan pasokan vaksin

Penerjemah: Aria Cindyara
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2021