Jakarta (ANTARA) - Aktor Gunawan Sudradjat beberapa tahun belakangan tinggal di Singapura. Untuk shalat Idul Fitri kali ini, dia dan keluarga akan melakukannya di rumah. Sebagai imam ada berbagai persiapan yang ia lakukan.

"Persiapannya ya harus membaca lagi syarat – syarat untuk sholat Id. Nah, karena saya menjadi imam diantara keluarga saya, jadi saya harus memperhatikan persiapan apa saja, syarat untuk sholat Id," kata aktor yang akrab disapa Gunawan itu dalam pesan suara kepada ANTARA.

Biasanya, shalat Idul Fitri dilaksanakan secara berjamaah bersama keluarganya di lapangan, ditemani takbir yang terus menggema. Suasana itu ingin ia hadirkan kembali di rumah, meski pasti rasanya berbeda dari shalat Id berjamaah sebelum pandemi.

"Persiapan yang pasti saya harus menggelar tikar sendiri, terus takbir dengan sound sendiri, pokoknya beda saja, sangat sedih. Biasanya ada keramaian, sekarang hanya ruang lingkup keluarga saja. Tapi tidak mengurangi hikmah dari shalat Id tersebut," kata aktor yang aktif sejak pertengahan 90-an.

Ini adalah kali pertama pemain film "Generasi 90an: Melankolia" itu menjalani Ramadhan di Singapura yang menerapkan protokol kesehatan sangat ketat. Dia tak menampik ada rasa sedih karena tidak bisa lagi leluasa untuk menjalankan ibadah di luar rumah, seperti shalat Jumat yang dulu bisa dilakukan tanpa harus melakukan reservasi tempat di masjid akibat pembatasan kapasitas. Dia mengungkapkan, perlu reservasi tempat dua hingga tiga minggu untuk shalat Jumat. Hal serupa terjadi untuk shalat tarawih.

"Alhamdulillah beberapa hari ini dapat melaksanakan sholat tarawih di masjid," ujar Gunawan, menambahkan keluarganya tetap menyantap makanan khas Indonesia saat sahur dan buka puasa.

Walau tidak bisa mudik ke Indonesia, keluarganya saat ini memang berada di Singapura. Dia menjalankan ibadah Ramadhan bersama istri, anak dan juga ibunya meski berjauhan dengan saudara-saudaranya.

"Dalam kondisi pandemi ini kita pakai zoom, bisa langsung berinteraksi tanpa mengurangi rasa silaturahminya, kita tetap berkomunikasi dan mengerti dengan kondisi seperti ini."

Sebelum pandemi, berkumpul bersama keluarga dan berziarah ke makam orangtuanya jadi tradisi yang dilakukan saat Ramadhan. Setelah itu, mereka berbagi kebahagiaan dengan keponakan-keponakan yang masih belia dengan saweran "angpau".

"Kita punya 45 keponakan, kita nebar amplop dari atas, mereka rebutan satu sama lain, lucu deh. Kita kehilangan momen-momen itu saat pandemi," ujarnya.

Momen saling meminta maaf atas kesalahan yang diperbuat juga jadi hal yang dirindukan saat pandemi, sebab dia belum bisa berkumpul bersama keluarga besar seperti dulu.

"Biasanya kakak paling besar itu di depan, duduk. Kita berputar untuk silaturahmi, saling (bersalaman) maaf memaafkan sampai ke yang (usia) paling kecil di ujungnya. Pokoknya panjang sekali karena keluarga saya besar," katanya.

Saat lebaran, bukan cuma opor ayam yang biasanya ada di meja makan keluarga Gunawan, ada juga rendang paru yang nikmat, tradisi yang dibawa dari keluarga sang istri. Begitu pun hidangan kambing yang tak boleh ketinggalan.

"Terus sayur lodeh pun disajikan. Opor tetap ada, tapi khasnya ini adalah sayur lodeh di tempat mama."

Meski tak berada di Indonesia, keluarga Gunawan sudah menyiapkan makanan Tanah Air untuk merayakan Idul Fitri di negara tetangga karena sudah memesannya dari Kedutaan Besar Republik Indonesia.


Baca juga: Makanan Padang selalu temani Lebaran Zulfa Maharani

Baca juga: Krisdayanti rayakan Lebaran tahun ini tanpa suami

Baca juga: Arya Saloka pastikan tak mudik saat lebaran 2021


"Alhamdulillah, jadi enggak hilang lah menu-menu andalan kita," katanya.

Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2021