Pejabat kami mengatakan kami akan memastikan bahwa kami tidak menimbulkan masalah bagi seluruh penduduk
Jakarta (ANTARA) - Jepang bersiap untuk menawarkan vaksinasi COVID-19 kepada sekitar 2.500 atlet Olimpiade dan Paralimpiade dan staf pendukung, menggunakan vaksin yang disumbangkan untuk Olimpiade di tengah kemarahan publik atas lambatnya vaksinasi di negara tersebut.

Dengan waktu kurang dari tiga bulan hingga Olimpiade dimulai, Jepang sedang berjuang untuk menahan lonjakan kasus COVID-19 dan mayoritas penduduk yang menginginkan Olimpiade dibatalkan atau ditunda untuk kedua kalinya.

Hanya sekitar 2,6 persen dari populasi Jepang yang telah divaksinasi pada saat ini. Sementara, kabar bulan lalu, mengenai atlet yang akan mendapatkan prioritas vaksin memicu kemaharan di media sosial.

Baca juga: 280 dokter olahraga melamar jadi relawan Olimpiade Tokyo

Namun, pekan lalu, Pfizer Inc dan mitranya dari Jerman, BioNTech SE, mengatakan akan mendonasikan vaksin COVID-19 mereka melalui Komite Olimpiade Internasional (IOC) untuk membantu vaksinasi atlet dan delegasi yang berpartisipasi di Olimpiade dan Paralimpiade.

Pejabat di Komite Olimpiade Jepang dan Komite Paralimpiade Jepang mengatakan saat ini sedang berkoordinasi dengen setiap asosiasi olahraga menanyakan berapa banyak orang yang ingin divaksin dan kapan harus dilakukan.

"Pejabat kami mengatakan kami akan memastikan bahwa kami tidak menimbulkan masalah bagi seluruh penduduk," kata Miho Kuroda, bagian dari Komite Paralimpiade Jepang, Reuters melaporkan, Rabu.

Sementara itu, laporan dari harian Yomiuri Shimbun menyebutkan bahwa vaksinasi bisa saja dimulai paling cepat Juni, namun para pejabat mengatakan waktu, serta rincian lainnya, seperti siapa saja yang akan mendapatkan vaksin, masih belum jelas.

Baca juga: Pfizer/BioNTech sepakat suplai vaksin untuk atlet Olimpiade Tokyo

Peraturan Jepang mengatakan hanya dokter atau perawat yang dapat memberikan suntikan vaksin, yang memperlambat vaksinasi negara tersebut secara keseluruhan. Dokter gigi juga mendapat izin bulan lalu.

IOC, penyelenggara dan pemerintah Jepang telah berulang kali menegaskan bahwa Olimpiade akan berlangsung sesuai jadwal, mulai 23 Juli-8 Agustus, meskipun kritik tetap bergulir, baik di dalam maupun luar negeri.

Sementara Jepang terhindar dari kerusakan terparah akibat pandemi, 11.000 orang telah meninggal dan sistem medis telah sangat terganggu oleh gelombang virus corona terbaru di negara itu. Tokyo mencatat 925 kasus baru pada Selasa.

Baca juga: Penasihat Olimpiade Jepang desak sedia vaksin untuk atlet
Baca juga: Jepang bantah akan prioritaskan vaksin untuk atlet Olimpiade

Pewarta: Arindra Meodia
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2021