London (ANTARA News) - Satu penelitian yang dilakukan di empat rumah sakit di Amerika Serikat (AS) meningkatkan perhatian terhadap penggunaan bahan kimia dalam pengemasan makanan mungkin berakibat pada kualitas sperma laki-laki.

Namun, hasil penelitian belum pasti, dan penelitian lebih lanjut diperlukan sebelum kita tahu pasti.

British Medical Journal melaporkan, seprti dikutip dari Guardian, bahwa perhatian terhadap unsur kimia bisphenol A (BPA) meningkat akhir-akhir ini. Beberapa pengemasan makanan dan minuman menggunakan BPA. Ada keprihatian bila unsur itu bisa mempengaruhi tingkat hormon.

Perhatian sebelumnya terhadap pengaruh BPA terhadap bayi, baik melalui botol bayi atau melalui pola makan sang ibu selama mengandung. Tidak ada bukti pasti mengenai hal ini.

Penelitian kepada binatang memberi petunjuk BPA mungkin berpengaruh pada kualitas sperma laki-laki. Tetapi, sampai saat ini belum ada penelitian untuk mencari hubungan antara tingkat BPA dalam tubuh dan kualitas sperma.

Dalam penelitian baru, peneliti mengukur tingkat BPA dalam urine laki-laki, dan juga membandingkan kualitas sperma. Penelitian melibatkan pria yang mengunjungi klinik kesuburan.

Penelitian itu menemukan keterkaitan antara tingkat BPA yang lebih tinggi dalam urine dan kulaitas sperma yag lebih buruk. bagaimanpun juga, keterkaitan itu cukup lemah.

Penelitian menunjukkan bahwa pria dengan tingkat BPA tertinggi memiliki sperma kira-kira 24 persen kurang padat daripada pria dengan tingkat BPA lebih rendah. Juga ada perbedaan tipis dalam persentase sperma dengan kerusakan DNA, ukuran sperma, dan seberapa bagus sperma-sperma itu berenang.

Kira-kira 9 dari 10 pria yang terlibat penelitian memiliki setidaknya beberapa BPA yang terlacak dalam urine mereka. Keseluruhan konsentrasi tingkat BPA lebih rendah dari mereka dari penelitian lain yang mencari pria dalam populasi umum.

Ada beberapa kesulitan dalam menggambarkan kesimpulan yang bisa dipercaya dari penelitian ini.

Tingkat BPA bervariasi setiap waktu. Beberapa pria melakukan tes urine dua atau tiga kali dalam waktu yag berbeda, dan tingkat BPA berbeda dalam setiap tes. Peneliti menganalisis hasil mereka menggunakan dua model statistik. Hanya satu dari dua metode menunjukkan hubungan antara tingkat BPA yang lebih tinggi dan kualitas sperma yang lebih rendah.

Bahkan bila hubungan kuat antara BPA dan kualitas sperma, tidak akan membuktikan BPA menyebabkan kualitas sperma rendah.

Contohnya, pria yang memiliki BPA lebih tinggi karena pengemasan makanan mungkin makan makanan berbeda dengan orang yang memiliki tingkat BPA rendah. Contohnya, mereka mungkin makan lebih banyak makanan yang diproses.

Penelitian itu dipublikasikan dalam jurnal Reproductive Toxicology, yang dimiliki oleh penerbitan Elsevier. Penelitian didanai dengan tunjangan dari National Institutes of Health di AS. Para penulis sendiri mengatakan ini kerja pendahuluan dan penelitian lebih besar dan lebih baik diperlukan untuk menyelidiki hubungan.
(ENY/A024)

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2010