Ambon (ANTARA News) - Polres pulau Ambon dan pulau - pulau Lease terus memburu oknum gerakan separatis Republik Maluku Selatan (RMS) untuk menindaklanjuti penangkapan 20 orang dan sejumlah barang bukti lainnya sejak 28 Juli 2010, kata Kabid Humas Polda setempat, AKBP Johanis Huwae.

"Kami masih mengembangkan penyidikan terhadap 20 orang tersebut, termasuk Frans Sinmiasa yang disebut sebagai Mendagri organisasi sempalan tersebut," katanya di Ambon, Kamis.

Frans Sinmiasa diduga juga berperan penting dalam rencana pengibaran bendera "benang raja" saat puncak Sail Banda yang dihadiri Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di Ambon pada 3 Agustus 2010.

"Sejumlah nama oknum telah diinventarisir untuk penangkapan, termasuk Simon Saiya yang disebut sebagai ketua pemerintahan transisi RMS menggantikan pimpinan eksekutif Front Kedaulatan Maluku (FKM/RMS) kini buron ke Amerika Serikat," tegasnya.

20 pengikut separatis RMS yang ditangkap terdiri di Saparua, Kabupaten Maluku Tengah pada Rabu (11/8) dinihari sekitar pukul 02:00 WIT adalah Samuel Pattipeiluhu, Joseph Louhenapessy, Damianus Lessy, Junus Markus dan Fredy Tutursenaya.

Penangkapan tersebut berhasil disita dari Samuel Pattipeiluhu sebanyak 21 bendera RMS.

Sedangkan 15 lainnya ditangkap sejak 28 Juli 2010, termasuk Frans Sinmiasa ( Mendagri RMS), sekaligus bertindak sebagai Wakil Ketua pimpinan RMS.

14 lainnya adalah Piter Lernaya, Vestus Futunembun, Marthin Kesaulya, Markus Anakotta, Jonas Siahaya, Izac Sapulette, Ronald Victor Andris alias Nono, Andrias Maruanaya, Jusuf Sahetapy alias Ongen, Steven Ronland Siahaya, Jacob Sinay alias Benny, Mervin Bremeer, Jonas Entamuin dan Pualus Lowdeyk Kirkoff.

20 oknum tersebut ditangkap karena motivasinya ingin mengembalikan kedaulatan RMS yang diproklamirkan pada 25 April 1995, selanjutnya Alex Manuputty memeloporinya kembali dengan mengibarkan bendera 25 April 2010.
(L005/A024)

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2010