Jakarta (ANTARA) - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) didorong menjadi motor pengungkit kemajuan ekosistem riset dalam standar global.

Sesuai dengan arahan Presiden dan mengikuti amanat Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2019 yang mengamanatkan pembentukan Badan Riset dan Inovasi Nasional, BRIN diminta untuk melakukan konsolidasi sumber daya riset dan inovasi Indonesia baik manusia, infrastruktur, maupun anggaran.

"Kemudian dengan segala sumber daya yang dimiliki itu, kita diminta untuk menjadi motor, 'enabler' di depan, pengungkit untuk menciptakan ekosistem riset yang memiliki standar global," kata Kepala BRIN Laksana Tri Handoko dalam diskusi kelompok terpumpun "Indonesian Space Agency Pasca Pembentukan BRIN" di Jakarta, Senin.

Dengan demikian, diharapkan dapat menciptakan fondasi ekonomi masa depan Indonesia berbasis riset yang fundamentalnya kuat dan lebih berkesinambungan.

"Itulah cita-cita kita semua. Kita semua tahu tidak ada negara maju tanpa riset dan inovasi yang kuat," kata dia.

Dalam konteks Indonesia saat ini, Handoko menuturkan BRIN diminta untuk lebih fokus pada "digital economy", "green economy" dan "blue economy", tanpa melepaskan upaya untuk mengejar ketertinggalan teknologi dan menciptakan kemandirian teknologi.

"Basisnya adalah kita diminta untuk fokus, yang pada dasarnya memang sumber daya alam lokal dan untuk mengeksplorasi keanekaragaman yang kita miliki mulai keanekaragaman hayati, keanekaragaman geografi di mana terkait dengan Lapan, serta keanekaragaman seni dan budaya,” ujar dia.

Baca juga: BPIP:BRIN lembaga "super body" integrasi litbangjirap K/L dan daerah
Baca juga: BRIN dorong peningkatan kapasitas RI untuk riset kedirgantaraan
Baca juga: BRIN lakukan proses konsolidasi dalam beberapa bulan ke depan

 

Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2021