Jakarta (ANTARA) - Aset kripto yEarn.Finance (YFI) berhasil menjadi aset kripto pertama yang menembus Rp1 miliar lebih mahal dari pada Bitcoin.

Harga Alternative coin (altcoin) YFI menembus angka tertingginya Rp1,38 miliar pada akhir pekan lalu, saat Bitcoin sudah menunjukkan penurunan, bersamaan dengan Ethereum dan lainnya dan per hari ini, YFI masih berada di level Rp1 miliar.

CEO Indodax Oscar Darmawan di Jakarta, Selasa mengatakan, YFI beberapa kali sudah melebihi atau melewati harga Bitcoin, hal ini merupakan sebuah fenomena bahwa saat Bitcoin turun masih banyak harapan dari altcoin.

Baca juga: Masyarakat awam diingatkan soal risiko investasi di mata uang kripto

"Ini menunjukkan kondisi di market meskipun Bitcoin turun, masih ada altcoin yang cenderung menguat dan menjadi kesempatan para trader kripto memetik keuntungan dari trading kripto," katanya.

Kenaikan YFI melonjak drastis dari pertama kali listing di Indodax, Agustus 2020 yaitu Rp74 jutaan atau hampir 20 kali lipat dalam waktu kurang dari satu tahun. Dalam waktu kurang lebih satu bulan, harga altcoin tersebut meningkat hampir 2 kali lipat yang mana pada April 2021 hanya Rp700 jutaan.

"Ada beberapa faktor mengapa harga YFI begitu mahal. Pertama adalah YFI yang memiliki supply maksimal yang lebih sedikit yaitu hanya 3.666 token saja," katanya.

Baca juga: Pakar digital beberkan cara gaet "passive income" dari aset kripto

Dia menambahkan, token yEarn.Finance sangat sedikit supplynya sehingga kenaikan permintaan ini mendorong harganya jadi sangat tinggi.

Menanggapi penurunan Bitcoin, menurut dia, adalah hal yang biasa di dunia kripto. Bitcoin naik turun lebih dari 20 persen adalah hal biasa dan inilah yang membuat kesempatan buat para trader membeli di murah, kemudian, mendapatkan profit dengan menjualnya pada saat harga tinggi.

Salah satu penyebab penurunan crypto saat ini terjadi karena pernyataan Elon Musk di Twitter yang mendorong aksi jual.

"Faktanya, banyak orang yang memanfaatkan penurunan harga Bitcoin untuk membeli. Mereka membeli Bitcoin karena mumpung harga sedang murah. Setelah itu, mereka akan take profit saat harga naik atau kembali menembus level tertingginya," ujarnya.
 

Pewarta: Subagyo
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2021