Blora (ANTARA News) - Para perajin batu onix di Desa Jurangjero, Kecamatan Bogorejo, Blora, Jawa Tengah, yang mengembangkan usahanya sejak setahun terakhir mengalami kendala pemasaran dan permodalan.

"Sebenarnya bahan bakunya melimpah di Jurengjero, dan sejak awal kami ingin mengembangkannya, tapi terkendala pemasaran dan modal," kata Kepala Desa Jurangjero, Sumarjan, di Blora, Minggu.

Dia mengatakan bahan baku di wilayah pegunungan Kendeng utara tersedia cukup banyak, dan kerajian batu onix dibentuk dengan berbagai motif, seperti hewan, telur, patung, tempat buah dan berbagai bentuk lainnya.

Keinginan untuk mengembangkan batu onix, kata dia, disebabkan semakin menipisnya lahan hutan.

"Dulu ketika hutan masih luas, warga sekitar Jurangjero belum melihat potensi ini, tetapi karena semakin menipisnya sumber daya alam dari hutan, maka kami mencari alternatif pengembangan SDA lainnya, salah satunya dengan kerajinan batu onix," ujarnya.

Dikatakannya, sejak awal tahun 2008, kerajian batu onix, ditangani secara tradisional dengan modal pas-pasan, tetapi hasilnya cukup menawan.

Hanya saja untuk menambah ketrampilan warga harus mendatangkan tenaga ahli ukir onix dari Tulungagung, Jawa Timur, atau sebaliknya para warga yang belajar ke Tulungagung, Jawa Timur.

"Kabupaten Tulungagung dinilai sebagai sentra pengembangan kerajian batu onix, maka banyak warga yang belajar ke sana, hasilnya cukup dijadikan bekal memulai usaha di daerah," ujarnya.

Untuk membuat satu jenis kerajinan batu onix diperlukan waktu dua sampai tiga hari, tergantung bentuk, sedangkan harganya menyesuaikan.

"Meski sudah mampu berproduksi, tapi kami masih terkendala pemasaran dan peralatan, karena peralatan yang dibantu oleh pemerintah kabupaten, hingga kini ada yang rusak dan tidak bisa digunakan, selama ini pemasaran dilakukan secara door to door dalam jumlah yang sangat kecil," katanya.

Pemkab Blora melalui Dinas Perindustrian, Perdagangan Koperasi dan Usaha Kecil Mikro dan Menengah (Disperindagkop UMKM), sudah pernah memberi bantuan peralatan berupa gergaji batu dan diesel, tetapi peralatan tersebut tidak maksimal digunakan, sehingga harus membeli dengan modal sendiri.

"Dampak dari pemasaran dan minimnya peralatan, akhirnya membuat kami nyaris gulung tikar, kami mohon kepada Pemkab agar kembali memperhatikan dan memberikan pelatihan pada perajin batu onix, karena sangat berpotensi sekali dikembangkan," katanya.

Kepala Disperindagkop UMKM Blora, Prayitno, mengatakan keterbatasan anggaran daerah, membuat perhatian potensi batu onix yang pernah ikut dipamerkan ke luar Blora, menjadi terkesampingkan.

"Kami akan usahakan untuk kembali membuka peluang home industri batu onix," ujarnya.

Sementara itu, Imam Mukhyar (46), pemerhati batu dari Cepu, mengatakan jenis batu onix yang banyak dijumpai di pegunungan kendeng utara, kandungannya berbeda dengan yang berada di wilayah Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur.

"Yang dijumpai di Desa Jurangjero, kualitasnya kurang bagus, dan mudah pecah, jika tidak hati-hati mengolahnya, sedangkan onix itu istilah dagang, aslinya `marble` atau marmer, tapi itu potensi yang harus dikembangkan," ujarnya.

(ANT-195/Y006/S026)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010