Denpasar (ANTARA News) - Perdana Menteri Timor Leste Kay Ralla Xanana Gusmao kembali ke negaranya melalui jalan darat setelah menyelesaikan kunjungan tidak resminya selama beberapa hari ke wilayah Indonesia di Kabupaten Belu, NTT.

Komandan Komando Distrik Militer 1605/Belu Letnan Kolonel (Inf) Hotman Hutahaean, yang dihubungi di Mota Ain, Kamis, menyatakan, Xanana dan rombongan kembali ke negaranya melalui pintu lintas batas resmi Mota Ain, Kabupaten Belu.

"Xanana kembali ke negaranya saat ini. Semuanya berjalan menurut prosedur yang berlaku," kata Hutahaean yang dihubungi ANTARA dari Denpasar.

Sejak beberapa hari lalu, Xanana dan sejumlah petinggi negara itu melakukan kunjungan kerja ke Distrik Oekusi dan melintas ke sana melalui Kabupaten Belu dan Kabupaten Timor Tengah Utara, NTT.

Walau sifatnya kunjungan tidak resmi, namun pengamanan kepada kepala pemerintahan Timor Leste itu tetap dilakukan sesuai pengamanan kepala negara atau kepala pemerintahan oleh pihak TNI-AD setempat didukung segenap aparatur kepolisian setempat.

Xanana menginap dua malam di Atambua dan melakukan dialog dengan unsur musyawarah pimpinan daerah Belu, yang juga dihadiri Bupati Belu Joachim Lopez. Selain itu, Xanana juga melakukan aktivitas lain di Atambua, di antaranya berdialog dengan sejumlah pengusaha NTT.

Ajakan untuk ikut berinvestasi dan bergiat bisnis di Timor Leste diutarakan Xanana kepada para pengusaha Indonesia itu. Selama ini keperluan aneka barang keseharian di negara itu disuplai dari wilayah Indonesia, terutama melalui jalan darat melalui pintu lintas batas resmi Mota Ain.


Perbatasan Negara

Hubungan Indonesia dan Timor Timur terus membaik, kendati masih terdapat beberapa permasalahan perbatasan negara, di antaranya di wilayah Naktuka, Kecamatan Amfoang Timur, Kabupaten Kupang, NTT, satu penggal wilayah yang belum disepakati garis perbatasannya.

Patroli pengamanan perbatasan di wilayah yang berbatasan dengan sisi barat Distrik Oekusi terus dilakukan. Wilayah seluas 3.000 hektare yang subur itu disepakati kedua negara untuk tidak dilakukan pembangunan fisik oleh satu pihak.

Akan tetapi, sejak beberapa tahun lalu telah berdiri tegak sejumlah kompleks perkantoran milik Dinas Pertanian Distrik Oekusi dan kantor Bea Cukai Timor Leste di distrik itu, lengkap dengan sarana perumahan pegawainya.

Sejak beberapa waktu lalu, keberadaan kompleks bangunan milik pemerintah Timor Leste di wilayah sengketa itu telah dilaporkan pemegang otoritas pengamanan perbatasan negara Indonesia kepada pemerintah Indonesia.

Masyarakat Indonesia di wilayah ini menjadi resah, karena mereka cenderung untuk patuh tidak melakukan aktivitas produktif di wilayah subur itu sementara negara tetangganya di sisi barat Distrik Oekusi itu diketahui bisa melakukan berbagai aktivitas.

Apalagi, di utara daratan wilayah itu terdapat Pulau Batek, satu pulau karang terluar batas negara di hadapan muara Sungai Oepoli dan mengarus ke Laut Sabu, yang persis terletak di garis perbatasan Indonesia dan sisi barat Distrik Oekusi, Timor Leste.

Di Pulau Batek sejak beberapa tahun terakhir telah ditempatkan personel TNI berkekuatan dua regu untuk menjaga.(*)

(T.A037/R009)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010