Predikat sebagai salah satu sekolah percontohan di Indonesia yang disandang SMK ini bukanlah didapat dengan mudah, sebab untuk memperolehnya diperlukan sebuah karya nyata, sehingga sekolah lain akan mudah untuk mengikutinya.

Inilah yang memotivasi SMK Negeri 1 Singosari, Kabupaten Malang, Jawa Timur, dengan membuat karya nyata yang memang beda dari SMK lainnya, hingga Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) pun memberikan apresiasinya terhadap karya SMK ini.

Karya nyata yang mereka buat yakni membuat dan merakit mobil sendiri.

Prestasi pembuatan mobil bukanlah yang pertama disandang SMK yang terletak di Jalan Raya Singosari ini, sebab pada 2009 sekolah ini juga pernah berhasil memproduksi satu unit mobil jenis kabin ganda. Sedangkan pada tahun ini, produksinya mencapai empat unit mobil.

Keempat mobil tersebut adalah jenis kabin ganda dua unit yang diberi nama Digdaya 1 serta Digdaya 2. Untuk pembuatannya, siswa SMK Negeri 1 Singosari berperan memproduksi. Sementara dua unit mobil lainnya yakni jenis SUV yang diberi nama Rajawali 1 serta Rajawali 2, siswa berperan hanya sebagai perakit.

Kepala SMK Negeri 1 Singosari Bagus Gunawan mengatakan, awal ide pembuatan mobil secara mandiri ini didasarkan dari keinginannya mengubah paradigma perusahaan.

Sebab, selama ini perusahaan di Indonesia selalu berpandangan bahwa dialah (perusahaan) yang dibutuhkan para pekerja atau lulusan, padahal dengan pandangan seperti itu yang terjadi selalu perusahaan memandang remeh atau rendah para pekerjanya.

Oleh karena itu, dari hal tersebut Bagus tidak ingin anak didiknya yakni siswa SMK 1 Singosari dipandang remeh oleh perusahaan ketika lulus nanti.

Dengan keinginan tersebut, Bagus kemudian membuat terobosan bagaimana jika membuat mobil sendiri. Idenya, meniru dari apa yang dilakukan negeri China.

Bagus menjelaskan, industri otomotif di China adalah mengutamakan industri rumahan. Dari hal tersebut, kemudian pihak SMK Singosari bekerja sama dengan General Motor China untuk pembuatan suku cadangnya, lalu dirakit di SMK Singosari.

"Saat ini kami masih bekerja sama dengan China untuk pembuatan suku cadangnya," katanya.

Ke depan salah satu dari lima unit mobil yang sudah jadi saat ini akan diurai lagi supaya bisa diketahui jenis komponen yang dibutuhkan, kemudian ditawarkan kepada Usaha Kecil Menengah (UKM) di Kabupaten Pasuruan untuk dibuat di rumah.

"Kita menawarkan kepada UKM di Pasuruan, komponen mana saja yang sanggup dibuat. Setelah itu, komponen tersebut dikumpulkan di SMK Singosari untuk dirakit dan bisa diproduksi secara massal," ujarnya.

Dengan kerja sama UKM maka perlahan-lahan ketergantungan suku cadang pada General Motor China bisa dilepaskan, dan SMK Singosari mempunyai produksi rumahan sendiri.

Bagus mengatakan, rata-rata perakitan satu unit mobil yang dilakukan siswa membutuhkan waktu satu bulan. Namun, sebelum melakukan produksi, siswa telah menjalani pelatihan (training) di Cikampek, Jawa Barat, terlebih dahulu.

Untuk biaya pembuatan, masing-masing unit mobil berbeda-beda, di antaranya mobil Digdaya mencapai Rp75 juta, mobil Rajawali I dan II mencapai Rp185 juta, serta mobil SUV kabin ganda mencapai Rp150 juta.

"Dari 6.800 SMK se-Indonesia, SMKN 1 Singosari merupakan satu-satunya sekolah yang dipercaya mempunyai kemampuan merakit mobil. Karena itu, ke depan SMKN Singosari bakal merakit secara massal untuk SMK di Indonesia," tuturnya.

Mobil yang nantinya diproduksi massal akan dikirim ke SMK di seluruh Indonesia, sebagai bahan latihan dan contoh.

"Target kita masih sebagai media belajar SMK, belum mengarah produksi publik. Sebab, kesempurnaan tidak bisa dicapai dalam sekejap, mungkin perlu 10 sampai 15 tahun," ujarnya menambahkan.

Namun setidaknya, dengan keahlian pelajar SMK merakit mobil tersebut, ke depan paradigma perusahaan akan berubah, dan mereka (perusahaan) akan lebih mengejar lulusan SMK.


Apresiasi Kemendiknas

Sementara itu, Kemendiknas memberikan apresiasi terhadap mobil hasil karya SMK Negeri 1 Singosari tersebut, yakni dengan kunjungan Direktur Pembinaan SMK Ditjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Kemendiknas Joko Sutrisno, Sabtu (21/8), sekaligus melakukan "test drive" pada mobil tersebut.

"Saya turut bangga dengan mobil buatan anak SMK ini. Oleh karena itu, Kemendiknas akan terus mendorong sejumlah produk lokal buatan anak dalam negeri, khususnya SMK," kata Joko di sela-sela kunjungan dan melakukan "test drive" pada mobil tersebut.

Joko mengatakan, dengan semakin banyaknya SMK di Indonesia yang membuat karya sendiri maka ke depan bisa mengatasi ketergantungan bangsa ini pada pihak luar negeri. Hal itu sekaligus merupakan alternatif dalam mengurangi angka pengangguran, karena akan banyak kesempatan kerja terseraf di industri otomotif. (ANT-162/K004)

Oleh Oleh Abdul Malik Ibrahim
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010