Karena bagi kita IPB University bukan hanya universitas yang hebat, melainkan juga perguruan tinggi yang jauh lebih tua, jauh lebih berpengalaman
Jakarta (ANTARA) - Institut Pertanian Bogor (IPB) University bersama Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung menandatangani nota kesepahaman (MoU) kerja sama inovasi teknologi serta moderasi agama dalam rangka peningkatan mutu mahasiswa.

"Saya percaya ketika kita diasuh oleh IPB University pasti kita akan menjadi unversitas yang lebih baik lagi. Karena bagi kita IPB University bukan hanya universitas yang hebat, melainkan juga perguruan tinggi yang jauh lebih tua, jauh lebih berpengalaman," kata Rektor UIN Sunan Gunung Djati Bandung Prof Mahmud dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Selasa.

Dalam acara MoU itu, Rektor IPB University Prof Arif Satria memberikan kuliah umum perihal inovasi teknologi informasi dan kewirausahaan universitas di era industri 4.0 dan society 5.0.

Ia mengatakan dunia tengah menghadapi era disrupsi yang menuntut manusia untuk melakukan sesuatu yang berbeda sesuai tuntutan zaman.

Menurutnya, era revolusi industri 4.0 dapat menyebabkan hilangnya 3.500 pekerjaan, namun disrupsi tersebut pada akhirnya membangun 19.600 pekerjaan baru di lapangan dengan tuntutan kualifikasi-kualifikasi baru.

"Oleh karenanya kemampuan kita dalam mencermati perubahan inilah yang menjadi kata kunci," katanya.

Ia yakin perubahan teknologi telah memberikan kesempatan yang lebih luas dalam menciptakan hal-hal baru termasuk dalam hal pekerjaan.

Ia mencontohkan perubahan di dunia kerja. Saat ini, untuk memiliki perusahaan transportasi, tidak lagi harus memiliki banyak kendaraan, begitu pun dalam berbisnis penginapan, yang tidak harus memiliki banyak bangunan secara fisik.

Perubahan dan kesempatan ini mesti dimanfaatkan serta beradaptasi, karena jika dibiarkan begitu saja maka akan tertinggal dengan negara-negara lain.

Arif juga memberikan beberapa contoh inovasi IPB University dalam bidang pertanian dengan memanfaatkan sains data. Di antaranya platform ecosystem yang merupakan sistem pintar untuk untuk mendeteksi devegetasi lahan, "Fire Risk System" yang menyediakan informasi tingkat kerentanan dan prakiraan risiko kebakaran lahan dan hutan.

Kemudian "Smart Seeds" yang merupakan layanan informasi pemupukan dan irigasi untuk berbagai komoditas sayur, "Smart Integrated Pest Management"  yang mampu mendeteksi penyakit tanaman secara cepat dengan menggunakan aplikasi telepon pintar, serta aplikasi hasil inovasi pertanian lainnya seperti Precipalm, Fastrex, hingga aplikasi deteksi kematangan buah.

"Saat ini sains data adalah kekuatan yang besar, sehingga di masa depan visi Indonesia tidak lagi hanya kedaulatan pangan atau energi tetapi juga kedaulatan data," demikian Arif Satria.

Baca juga: Mantan Menpan-RB meraih gelar Doktor 'Honoris Causa' dari UIN Bandung

Baca juga: Akademisi dorong masjid hubungkan petani dan konsumen saat COVID-19

Baca juga: Fadel Muhammad sarankan UIN dirikan fakultas kelautan


Baca juga: Marbot masjid jadi lulusan terbaik IPB

Pewarta: Asep Firmansyah
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2021