Masyarakat sudah cukup banyak yang pasang secara populasi 3.472 pelanggan dengan total kapasitas 26,51 MWp. Industri juga banyak yang tertarik memasang ini terutama yang berkomitmen menurunkan gas rumah kaca
Jakarta (ANTARA) - Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian ESDM Dadan Kusdiana mengatakan kapasitas terpasang pembangkit listrik tenaga surya di atap rumah telah mencapai 26,51 Mega Watt peak (MWp) hingga Maret 2021.

"Masyarakat sudah cukup banyak yang pasang secara populasi 3.472 pelanggan dengan total kapasitas 26,51 MWp. Industri juga banyak yang tertarik memasang ini terutama yang berkomitmen menurunkan gas rumah kaca," katanya dalam webinar yang dipantau di Jakarta, Selasa.

Kementerian ESDM saat ini tengah melakukan revisi Peraturan Menteri ESDM Nomor 49 Tahun 2018 untuk memperluas pemanfaatan PLTS agar tidak hanya bagi pelanggan Perusahaan Listrik Negara (PLN), tetapi juga bagi pelanggan di wilayah usaha non PLN.

Melalui revisi peraturan menteri ESDM itu, pemerintah akan mempersingkat waktu permohonan izin pemasangan karena pengajuannya berbasis aplikasi.

Selain itu, pemerintah juga akan memberikan insentif tambahan bagi masyarakat yang memasang PLTS di atap rumah.

Terdapat tiga insentif yang akan diberikan pemerintah kepada pengguna PLTS atap, yaitu kenaikan tarif ekspor-impor listrik dari semula dikali 65 persen akan ditingkatkan menjadi 75 hingga 90 persen.

Selanjutnya, perpanjangan periode reset kelebihan ekspor listrik dari semula tiga bulan menjadi lima bulan. Kemudian, penurunan biaya kapasitas untuk pelanggan industri dari 40 jam menjadi lima jam per bulan.

"Sekarang kami sedang melakukan revisi peraturan menteri untuk memberikan insentif tambahan bagi masyarakat yang memasang PLTS di atap rumah," kata Dadan.

Pemerintah terus mendorong pemanfaatan energi baru terbaruka di Indonesia, salah satunya melalui pengembangan pembangkit listrik tenaga surya di atap rumah.

Sepanjang 2021 hingga 2030, pemerintah menargetkan pembangunan PLTS atap bisa mencapai 2.145 MW yang akan didominasi bagunan dan fasilitas Badan Usaha Milik Negara sebesar 742 MW, rumah tangga 648,7 MW, serta industri sebanyak 624,2 MW.

Seperti diketahui, energi surya terbilang memiliki potensi paling besar di Indonesia, yakni sekitar 207,8 GW. Pemerintah menargetkan akan ada penambahan pembangkit listrik surya sebesar 138,8 MW.

Penambahan itu seiring ditargetkannya nilai investasi energi baru terbarukan pada 2021 menjadi 2,05 miliar dolar AS atau naik dari capaian investasi pada 2020 sebesar 1,36 miliar dolar AS.

"Kita di negara tropis surya bersinar selama 356 hari dalam setahun meskipun di dalam intensitas yang tidak sebaik dengan wilayah-wilayah di Timur Tengah atau tempat lain, tetapi potensi ini tersebar di setiap daerah," ujar Dadan.

Baca juga: Bank Mandiri sediakan skema pembiayaan panel surya di rumah

Baca juga: Tiga insentif untuk mendorong pertumbuhan PLTS atap

Baca juga: Kementerian ESDM: PLTS atap kunci keberhasilan bauran energi nasional

Baca juga: PLTS atap dinilai solusi penuhi target bauran EBT 23 persen

 

Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2021