Ketakutan terburuk dari tahun lalu tidak terjadi karena kami melihat pemulihan ekonomi yang lebih kuat pada paruh kedua tahun lalu dan ini kemungkinan akan berlanjut sepanjang 2021
Jakarta (ANTARA) - Analisis Tren Regional APEC memperkirakan perekonomian kawasan Kerja sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC) akan mampu tumbuh mencapai 6,3 persen pada tahun ini setelah terkontraksi 1,9 persen pada 2020.

“Ekonomi kawasan ini diperkirakan tumbuh sebesar 6,3 persen pada tahun 2021 dengan perkiraan peningkatan kuat dalam aktivitas domestik dan global karena meningkatnya permintaan,” kata Direktur Unit Dukungan Kebijakan APEC Denis Hew di Jakarta, Kamis.

Laporan ini mencatatkan pemerintah di seluruh wilayah telah mempelajari cara-cara efektif untuk mengelola pandemi dan masyarakat juga telah belajar untuk beradaptasi dengan cara-cara baru dalam bekerja.

Hal ini mengakibatkan pembukaan kembali dan dimulainya kembali kegiatan ekonomi secara bertahap sehingga mampu meningkatkan konsumsi.

Baca juga: Indonesia jalankan tiga pilar pemulihan ekonomi kawasan Asia-Pasifik

Pengembangan dan produksi berbagai vaksin juga mampu meningkatkan optimisme untuk pemulihan ekonomi yang lebih tahan lama.

“Ketakutan terburuk dari tahun lalu tidak terjadi karena kami melihat pemulihan ekonomi yang lebih kuat pada paruh kedua tahun lalu dan ini kemungkinan akan berlanjut sepanjang 2021,” katanya.

Di sisi lain Hew menyatakan Kawasan APEC tetap dihinggapi situasi ketidakpastian berkaitan dengan perkembangan pandemi COVID-19, jumlah pengangguran, hingga ekspektasi inflasi yang lebih tinggi tahun ini sehingga berpotensi menekan belanja konsumen.

Tak hanya itu, Hew menuturkan kelemahan dalam investasi juga diproyeksikan berlanjut hingga 2021 sehingga dapat mempengaruhi pertumbuhan.

Laporan ini mengingatkan bahwa pemulihan yang tidak merata di wilayah tersebut sebagian besar terkait dengan perbedaan akses dan ketersediaan vaksin.

Mayoritas negara anggota APEC dapat memperoleh imunisasi secara luas pada pertengahan 2022 dan seterusnya dengan beberapa diantisipasi untuk melakukannya lebih awal yakni pada akhir 2021.

Baca juga: Sri Mulyani: Pemulihan ekonomi global dibayangi lonjakan kasus COVID

Dampak pandemi yang tidak proporsional juga disoroti dalam laporan tersebut seperti sebagian besar Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang kekurangan modal dan keahlian teknologi untuk beralih ke bisnis online.

Kekurangan pada UMKM itu mengakibatkan kerugian dan penutupan serta meningkatkan kerentanan mata pencaharian dan kemiskinan.

Menurut Ekonom Makro APEC Policy Unit Pendukung Rhea C Hernando, orang-orang dengan keterampilan dan peralatan digital tidak mencukupi atau mereka yang kurang akses internet berpotensi tidak memiliki kesempatan untuk melanjutkan pekerjaan dan studi mereka.

Akses yang tidak merata ke vaksin juga memperburuk perbedaan kecepatan dan kekuatan pemulihan ekonomi di wilayah tersebut.

“Pandemi telah menyebabkan kesenjangan dan ketidaksetaraan yang menjadi tantangan signifikan bagi pembuat kebijakan dan masyarakat,” tegasnya.

Hernando menegaskan tidak boleh ada negara yang tertinggal dalam upaya pemulihan ekonomi sehingga kerja sama untuk mengatasi pandemi menjadi sangat penting.

“Juga melaksanakan reformasi struktural untuk meningkatkan pengembangan sumber daya manusia dan melindungi lingkungan,” ujarnya.

Baca juga: Sri Mulyani: Ekonomi global dibayangi perbedaan kecepatan pemulihan

Pewarta: Astrid Faidlatul Habibah
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2021