Startup energi bersih mampu merevolusi teknologi energi dengan menawarkan peluang bagi industri lokal berkembang dan meningkatkan peluang kerja
Jakarta (ANTARA) - Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Dadan Kusdiana menilai keberadaan perusahaan rintisan (startup) sektor energi bersih bakal mendorong kemajuan industri lokal.

Menurut Dadan, pentingnya pemenuhan kebutuhan energi secara berkelanjutan telah menginspirasi banyak pihak menemukan solusi permasalahan sektor ESDM lewat beragam cara, salah satunya melalui pendirian startup.

Hal ini juga sejalan dengan tantangan global dalam menciptakan ekonomi hijau yang berkelanjutan.

"Startup energi bersih mampu merevolusi teknologi energi dengan menawarkan peluang bagi industri lokal berkembang dan meningkatkan peluang kerja," kata Dadan saat membuka APEC Workshop on Achieving Business Sustainability for Clean Energy Startups secara virtual di Jakarta, Kamis.

Menurut Dadan, green energy tengah dimanfaatkan oleh negara-negara di kawasan Asia Pasifik sebagai jalur pembangunan ekonomi yang berkelanjutan.

"Konsep ini menekankan pada pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan dan peningkatan kualitas hidup, keadilan sosial, dan pengurangan risiko lingkungan," jelasnya.

Sesuai laporan International Energy Ageny (IEA) tahun 2019, ketergantungan pada sumber energi fosil masih tergolong tinggi dan terdapat kesenjangan dalam mengimplementasikan transisi energi.

"Perlu aksi yang lebih ambisius dalam mendukung efisiensi dan teknologi energi bersih serta mendapat dukungan dari para pemangku kepentingan," katanya.

Keberadaan startup, sambungnya, diharapkan mampu memprakarsai proyek energi terbarukan, menggairahkan iklim investasi sehingga memberikan dampak positif bagi masyarakat Indonesia.

"Yang penting, inisiatif ini berkontribusi pada pengurangan emisi gas rumah kaca, konsekuensi perubahan iklim yang mengancam mata pencaharian global, dan juga mengurangi kerentanan ketergantungan energi dan beban keuangan atas impor minyak," tambahnya.

Ia menegaskan keberadaan proyek energi baru terbarukan (EBT) dapat mengimbangi hilangnya pekerjaan dari penurunan industri ekstraktif dan menciptakan lapangan kerja padat karya.

Misalnya, setiap pembangunan satu unit pembangkit PV surya membutuhkan dua kali lipat pekerja dibandingkan dengan pembangunan pembangkit batubara atau gas alam.

Demi terwujudnya ekosistem startup energi, tambah Dadan, para pekerja sektor EBT meningkatkan keterampilan dan kemampuan. "Tanpa pekerja terlatih dan berpengalaman, penggunaan energi terbarukan mungkin terlewat," tegasnya.

Beberapa hal yang dapat dilakukan oleh sektor publik dalam mendukung startup energi bersih, seperti memberikan program pelatihan vokasi yang terintegrasi dengan kurikulum energi terbarukan, memberikan bantuan teknis, memastikan retensi tenaga terampil dan berpengalaman, serta mengembangkan rantai pasokan lokal.

"Sektor EBT tidak hanya membutuhkan profesi teknis, tetapi juga perencana dan administrator, seperti pengacara dan spesialis keuangan," tutup Dadan.

APEC Workshop on Achieving Business Sustainbility for Clean Energy Start-ups (EWG 02 2020A) merupakan salah satu project proposal yang disetujui pendanaannya oleh APEC dan merupakan proyek pertama Kementerian ESDM yang didanai sejak berdirinya APEC.

Workshop ini berlangsung selama dua hari pada 27 Mei-28 Mei 2021 dan bertujuan untuk memberikan pelatihan kepada startup, pemangku kebijakan, hingga para pelaku bisnis energi bersih negara-negara APEC untuk bertukar pikiran dalam mengembangkan bisnis startup energi bersih berkelanjutan.

Bagi peserta yang ingin menghadiri workshop tersebut dapat mengakses http://bit.ly/wsewg2021.

Baca juga: Perempuan Golkar: RUU EBT langkah konkret atasi masalah krisis iklim
Baca juga: Pertamina prioritaskan proyek transisi energi dari fosil ke EBT
Baca juga: PLN hanya bangun pembangkit EBT setelah program 35.000 MW selesai

 

Pewarta: Kelik Dewanto
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2021