Di tenda pengungsian, juga terdapat warga yang disimulasikan mengungsi. Mereka juga menerapkan jaga jarak dengan tetap mengenakan masker, karena saat ini masih pandemi COVID-19
Kediri, Jatim (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Kediri, Jawa Timur, menggelar simulasi penanganan bencana Gunung Kelud (1.731 meter di atas permukaan laut/mdpl) di Kecamatan Ngancar, Kabupaten Kediri, mengantisipasi jika terjadi erupsi gunung berapi tersebut.

"Kami melakukan simulasi, komunikasi dengan polisi, TNI. Sinergi antara ketiga pilar tersebut yakni polisi, TNI, dan pemda untuk tanggap kalau ada bencana," kata Bupati Kediri Hanindhito Himawan Pramana di Kediri, Kamis.

Kesiapan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), kata dia, juga sangat diperlukan. Selain itu, Dinas Kesehatan, dapur umum, dan seluruh yang terkait juga harus dipastikan kesiapannya dan harus sempurna.

Ia juga berharap masyarakat akan mematuhi imbauan dari pemerintah dalam penanganan bencana. Jika terjadi bencana, masyarakat juga harus mau mengikuti instruksi dari pemerintah untuk mau mengungsi.

"Mau tidak mau, harus dievakuasi jika terjadi erupsi Gunung Kelud. Karena ini berkaitan dengan nyawa. Simulasi ini akan kami lakukan enam bulan sekali dan ini untuk mengingatkan, sehingga tidak ada penolakan dari warga," katanya.

Masbup, sapaan akrabnya juga menambahkan sudah melihat secara langsung Pos Pantau Gunung Kelud di Desa Sugihwaras, Kecamatan Ngancar, Kabupaten Kediri tersebut. Ia juga komunikasi dengan petugas di pos pantau tersebut dan saat ini tidak ada yang krusial.

"Pantauan dari pos pantau tidak ada yang krusial dan memang sekarang alat seismograf digital. Yang mengelola pos pantau sudah 32 tahun, jadi paham pergerakan angin, gempa, sudah bisa bedakan. Seismograf itu sensitivitasnya tinggi," kata dia.

Bupati juga memantau secara langsung lokasi pengungsian warga di lapangan Desa Sempu, Kecamatan Ngancar, Kabupaten Kediri. Di tempat itu, juga ada tenda pengungsian, posko kesehatan, dapur umum, termasuk mobil dari Kementerian Sosial untuk membagikan makanan bagi pengungsi.

Di tenda pengungsian, juga terdapat warga yang disimulasikan mengungsi. Mereka juga menerapkan jaga jarak dengan tetap mengenakan masker, karena saat ini masih pandemi COVID-19.

Sedangkan di posko kesehatan, disimulasikan ada warga yang dirawat dengan luka-luka. Petugas medis juga mengenakan alat pelindung diri (APD) secara lengkap. Sedangkan di dapur umum, petugas juga memasak yang kemudian dibagikan kepada warga.

Srikin, salah seorang warga Dusun Sumberpetung, Desa Sempu, Kecamatan Ngancar, mengatakan dirinya juga ikut mengungsi bersama keluarga saat kejadian erupsi Gunung Kelud. Terakhir, dirinya juga mengungsi pada erupsi pada 2014.

"Saat itu, saya dengan keluarga mengungsi. Kami naik sepeda motor, tapi di tengah perjalanan sudah kejatuhan kerikil dari erupsi," kata Srikin sambil mengingat erupsi Gunung Kelud, pada 2014 itu.

Ia bersyukur seluruh anggota keluarganya juga diberikan keselamatan saat erupsi itu terjadi. Ia berharap Gunung Kelud statusnya akan normal, sehingga warga bisa beraktivitas dengan lebih baik. 

Baca juga: PVMBG: letusan sekunder Kelud berbahaya

Baca juga: 400 rumah korban Kelud segera direhabilitasi


Baca juga: PLN klaim rugi Rp4,5 miliar setelah Gunung Kelud meletus

Baca juga: Ribuan pengungsi Kelud kembali ke rumah

Pewarta: Asmaul Chusna
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2021