Timika (ANTARA News) - Pemimpin Gereja Katolik Keuskupan Timika Mgr John Philip Saklil Pr memprihatinkan pendidikan anak-anak asli Papua terutama suku Kamoro di yang kurang mendapat perhatian serius orang tua dan pemda setempat.

"Dewasa ini sebagian besar anak-anak suku Kamoro tidak sekolah. Akhirnya kantor-kantor pemerintah di Timika diisi oleh orang gunung dan orang-orang dari luar," kata Uskup Saklil, Minggu.

Ia mengatakan hal itu saat memberikan sakramen krisma kepada 69 orang dewasa di Gereja St Agustinus Nawaripi, Timika, Minggu.

Uskup Saklil mengatakan ada banyak faktor yang mengakibatkan generasi muda Kamoro dewasa ini tidak dapat mengenyam pendidikan, terutama karena kurangnya perhatian dan dukungan dari para orang tua untuk pendidikan putra-putri mereka.

"Saya minta para orang tua agar mendidik anak dengan baik, beri mereka perhatian, gizi secukupnya dan kesempatan untuk sekolah," kata Uskup Saklil.

Dengan dukungan pendanaan beasiswa dari PT Freeport Indonesia dan Lembaga Pengembangan Masyarakat Amungme dan Kamoro (LPMAK), katanya, seharusnya semakin banyak anak-anak suku Kamoro yang bisa melanjutkan pendidikan hingga jenjang Perguruan Tinggi.

Namun, saat seleksi peserta matrikulasi yang dilakukan LPMAK belum lama ini, katanya, hanya sedikit pelajar dari suku Kamoro yang dikirim untuk melanjutkan pendidikan di berbagai kota studi di Sulawesi Utara dan Pulau Jawa.

"Dulu saat kami masih duduk di bangku sekolah, ada banyak orang Kamoro yang pintar-pintar tapi tidak bisa melanjutkan pendidikan karena tidak ada uang. Sekarang di saat uang berkelimpahan, justru tidak ada anak-anak Kamoro yang sekolah. Ini sungguh menyedihkan," kata Uskup Saklil.

Ia meminta perhatian dari para guru agar benar-benar menjalankan tugas dan kewajiban mereka.

Dalam kesempatan itu, Uskup Saklil juga menyoroti banyaknya generasi muda Mimika yang meninggal karena terinfeksi virus HIV/AIDS dan suku mabuk-mabukan alkohol.

Uskup Saklil juga menyoroti perilaku sebagian besar warga suku Kamoro yang menjual habis tanah milik mereka sehingga warga suku Kamoro semakin tergusur ke pinggir Kota Timika dan hidup dalam kondisi keprihatinan karena malas bekerja.

"Saya minta generasi muda Kamoro harus ubah mental dan perilaku masyarakat dan orang tua kalian yang suka mabuk dan jual tanah untuk dipakai mabuk-mabukan," kata Uskup Saklil kelahiran Kampung Umar di Distrik Mimika Barat itu.

Suku Kamoro merupakan salah satu dari dua suku terbesar di Mimika selain suku Amungme yang bermukim di wilayah pesisir Mimika mulai dari Potowayburu perbatasan dengan Kaimana Provinsi Papua Barat hingga Otakwa perbatasan dengan Kabupaten Asmat.(*)

E015/Z003

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010