Jakarta (ANTARA News) - Masyarakat adat suku Togutil di Halmahera, Maluku Utara, terancam jika perusahaan tambang PT Weda Bay Nickel terus menambang di kawasan hutan tempat tinggal suku terpencil tersebut.

"Di hutan-hutan di wilayah Weda Bay Nikel terdapat suku Togutil yang sangat tergantung kepada alam. Mereka mengandalkan tombak untuk berburu rusa," kata Direktur Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Nasional, Berry Nahdian Forqan, di Jakarta, Selasa.

Dia menegaskan, masuknya perusahaan tambang ke daerah-daerah sumber penghidupan suku Togutil, membuat suku itu terancam.

Suku Togutil hidup di kawasan hutan Taman Nasional Aketajawe Lolobata Maluku Utara, demikian juga kawasan penambangan itu.

Weda Bay Nickel akan melanjutkan rencana penambangannya, kendati dikritik organisasi nonpemerintah.

Karena ada di tengah hutan, suku Togutil sulit diakses penduduk setempat sehingga penggusuran dan kekerasan terhadap mereka sulit dipantau.

Walhi menilai pengrusakan habitat suku Togutil tersebut sebagai bentuk pelanggaran hak asasi manusia (HAM).

Eramet, perusahaan Prancis, memiliki 56,5 persen saham Weda Bay Nickel, akan menambang nikel di Halmahera setelah cadangan nikelnya di Kaledonia Baru habis.

WALHI mendesak Eramet menghentikan penambangan agar tidak memperpanjang catatan pelanggaran HAM, penyingkiran masyarakat asli dan pengrusakan lingkungan.(*)

D016/D007/AR09

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010