New York (ANTARA) - Nilai tukar dolar AS mempertahankan kenaikan tipis di perdagangan Asia pada Rabu pagi, setelah menguat semalam karena peningkatan data manufaktur AS membuat ekspektasi tetap ada untuk normalisasi kebijakan Federal Reserve yang lebih cepat.

Indeks dolar AS yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama saingannya, melayang tepat di bawah 90 setelah merosot ke level 89,662 pada Selasa (1/6/2021) dan mendekati level terendah sejak 7 Januari di 89,533.

Demikian juga, euro diperdagangkan pada 1,2222 dolar AS setelah mundur dari dekat puncak multi-bulan semalam, dan naik menjadi 1,22545 dolar AS.

Investor juga mengawasi lintasan yuan China yang baru-baru ini bullish. Yuan terakhir di 6,3798 per dolar dalam perdagangan luar negeri, setelah mundur dari tertinggi tiga tahun 6,3526 yang dicapai pada Senin (31/5/2021) karena pembuat kebijakan mengambil langkah-langkah untuk mendinginkan kenaikannya termasuk menaikkan persyaratan cadangan devisa bank.

Sterling juga tetap lebih rendah di 1,4160 dolar AS setelah turun dari level tertinggi tiga tahun di 1,4250 dolar AS yang dicapai Selasa (1/6/2021), sementara dolar Kanada berada di 1,20590 per greenback setelah reli ke puncak baru enam tahun 1,2007 dolar Kanada semalam saat harga minyak naik.

"Arah dolar jelas menjadi fokus," kata Shinichiro Kadota, ahli strategi mata uang senior di Barclays di Tokyo.

"Pasar terbelah dalam pandangannya" tentang apakah tekanan inflasi saat ini akan bersifat sementara, seperti yang dikatakan The Fed, atau bertahan cukup lama untuk memaksa pembuat kebijakan mengurangi stimulus dan menaikkan suku bunga lebih awal dari yang mereka isyaratkan sejauh ini, kata Kadota.

"Bahkan jika inflasi terus melampaui batas, saya pikir The Fed akan terus mengatakan itu sementara, tetapi pasar tidak akan tahu pasti sampai jatuh, jadi kami terjebak dalam ketidakpastian ini."

Dalam jangka pendek, euro dan yuan akan menjadi kunci dalam menentukan apakah dolar pada posisi yang kurang menguntungkan atau di tahap rebound, katanya.

Pada Selasa (1/6/2021), Institute for Supply Management (ISM) mengatakan indeks aktivitas manufaktur AS naik pada Mei karena permintaan yang terpendam di tengah pembukaan kembali ekonomi mendorong pesanan.

Dolar awalnya diperdagangkan lebih rendah atas laporan tersebut, di mana ISM mengatakan potensi pertumbuhan manufaktur terus terhambat oleh ketidakhadiran pekerja dan penutupan sementara karena kekurangan suku cadang dan tenaga kerja.

Kekurangan ketenagakerjaan tersebut akan menjadi perhatian utama dan pusat pikiran investor pada Jumat (4/6/2021) dengan rilis angka penggajian (payrolls) non pertanian untuk Mei, setelah angka April yang jauh lebih lemah dari perkiraan mengirim indeks dolar merosot 0,7 persen pada 7 Mei.

Indeks dolar sebagian besar datar dari Selasa (1/6/2021) di 89,877, tapi tetap saja jauh dari tertinggi Jumat (28/6/2021) di 90,447, ketika ukuran inflasi AS yang diawasi ketat oleh The Fed membukukan kenaikan tahunan terbesar sejak 1992.

Baca juga: Dolar naik tipis terangkat data manufaktur setelah melemah di awal
Baca juga: Dolar AS merosot menjelang laporan data ekonomi penting
Baca juga: Dolar melemah, inflasi naik, emas incar level psikologis 2.000 dolar

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2021