Kabul (ANTARA) - Sedikitnya 11 warga sipil tewas ketika kendaraan yang mereka tumpangi meledakkan ranjau darat di utara Afghanistan, kata pejabat pemerintah setempat pada Minggu, yang menuduh gerilyawan Taliban menanam ranjau darat tersebut.

Gubernur Provinsi Badgis Husamudim Shams mengatakan 11 penumpang, termasuk tiga anak-anak, yang bepergian ke Kota Qala-e-Naw terbunuh dalam ledakan pada Sabtu (5/6).

Tidak ada kelompok militan, termasuk Taliban, yang mengaku bertanggung jawab atas serangan yang terjadi beberapa jam sebelum para pemimpin senior Taliban dan pejabat Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) bertemu di Qatar untuk membahas proses perdamaian Afghanistan, keamanan bagi para diplomat, dan orang-orang yang bekerja untuk badan-badan kemanusiaan di Afghanistan.


Baca juga: Dua ledakan bom angkutan umum di Afghanistan tewaskan 12 warga


Di Twitter, seorang juru bicara Taliban menyatakan bahwa wakil kepala kantor politik Taliban, Sher Mohammad Abbas Stanekzai, "menegaskan kembali komitmen kuat terhadap proses perdamaian Afghanistan dalam pertemuan" dengan para pejabat PBB.

Sementara delegasi Taliban menjamin keamanan untuk semua staf badan-badan PBB yang relevan dan diplomat lain yang berbasis di Afghanistan, para pejabat Afghanistan menuduh Taliban terus-menerus melakukan kekerasan terhadap pasukan pemerintah dan warga sipil dalam upaya untuk merebut kendali teritorial penuh atas beberapa provinsi.

Bom pinggir jalan, bom magnet kecil yang dipasang di bawah kendaraan dan serangan lainnya telah menargetkan anggota pasukan keamanan, hakim, pejabat pemerintah, aktivis masyarakat sipil, dan jurnalis dalam beberapa bulan terakhir di Afghanistan.

Hampir 1.800 warga sipil Afghanistan tewas atau terluka dalam tiga bulan pertama tahun 2021 selama pertempuran antara pasukan pemerintah dan gerilyawan Taliban, meskipun ada upaya untuk menemukan perdamaian, kata PBB pada April tahun ini.


Sumber: Reuters


Baca juga: Mortir hantam upacara pernikahan di Afghanistan, enam orang tewas

Baca juga: Warga Rohingya keluhkan kondisi di pulau terpencil Bangladesh

Penerjemah: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Fardah Assegaf
Copyright © ANTARA 2021