Jakarta (ANTARA) - Setidaknya dalam empat tahun terakhir kualitas sepak bola Vietnam berada jauh di atas Indonesia. Dan ini dapat dilihat dari gelimang gelar yang didapatkan Vietnam, baik dari tim nasional senior maupun U-23.

Dalam level U-23, Vietnam berhasil mencapai final Piala Asia U-23 2018 dan merebut medali emas sepak bola putra SEA Games 2019.

Kemudian pada tingkat senior, mereka menjuarai Piala AFF 2018 dan melaju ke perempat final Piala Asia 2019.

Sementara dalam rentang waktu yang sama, Indonesia berjalan dalam kehampaan trofi.

Di tengah situasi timpang tersebut, Indonesia kembali bersua Vietnam yang kali ini terjadai pada pertandingan Grup G Kualifikasi Piala Dunia 2022 zona Asia di Dubai pada Senin malam ini pukul 23.45 WIB.

Jika dilihat dari kondisi yang sudah disebutkan di atas, secara teoritis Indonesia akan sulit menundukkan Vietnam. Apalagi, pada pertemuan sebelumnya dalam Grup G pada 15 Oktober 2019, Vietnam menundukkan Indonesia di Bali dengan skor meyakinkan 3-1.

Namun, meski mungkin kalah dari kualitas teknik, Indonesia memiliki modal yang bagus dari sisi semangat dan daya juang.

Para pemain Indonesia saat ini terlihat lebih beringas dari tahun-tahun sebelumnya. Didominasi pemain-pemain muda yang berusia rata-rata 22 tahun ke bawah, pasukan Garuda memiliki daya tahan fisik dan psikologis yang membuat Thailand tersentak kala kedua tim bersua Kamis 3 Juni lalu.

Indonesia menahan imbang Thailand 2-2 walau dua kali tertinggal. Itu menjadi poin pertama Indonesia dalam Grup G Kualifikasi Piala Dunia 2022 zona Asia.

"Semua pemain sangat bekerja keras saat menghadapi Thailand. Itu membuat mereka percaya diri," ujar Shin.

Park Hang-seo

Tentu saja tidak cukup kalau cuma mengandalkan semangat dan percaya diri untuk menundukkan Vietnam.

Timnas Vietnam memiliki para pemain berkualitas dan tentu saja pelatih dengan pengalaman serta kreativitas taktik yang tinggi, Park Hang-seo.

Baca juga: Egy: Indonesia lupakan kekalahan dari Vietnam di final SEA Games 2019

Prestasi-prestasi timnas Vietnam yang sudah disebutkan sebelumnya merupakan hasil tangan dingin Park.

Pelatih asal Korea Selatan itu seperti memiliki segudang strategi di lapangan. Maklum, jam terbangnya sudah terbilang tinggi dan sempat pula menjadi asisten pelatih Guus Hiddink dalam timnas Korsel yang berlaga pada Piala Dunia 2002.

Park tidak pernah terpaku pada satu formasi, meski gemar menggunakan 4-2-3-1, dan dapat dengan mudah mengubah rencana di tengah permainan. Ini kerap membingungkan kubu lawan.

Park pun diuntungkan dengan pemain-pemain dalam skuadnya yang memiliki kecerdasan dalam menerapkan pikiran-pikiran sang pelatih.

Indra Sjafri yang kini menjabat direktur teknik PSSI, pernah merasakan bagaimana timnas U-22 besutannya dihajar habis-habisan oleh Vietnam di bawah komando Park dalam SEA Games 2019.

Dalam Pesta Olahraga Asia Tenggara ke-30 itu, pasukan Indra kalah dua kali dari Vietnam pada fase grup dan partai final. Kunci kemenangan Park atas Indra yaitu mampu meredam strategi serangan balik Indonesia dengan menutup ruang di sisi sayap.

Menghentikan pergerakan sayap timnas juga diterapkan Vietnam saat mengandaskan perlawanan Indonesia yang dibesut Simon McMenemy dengan skor 3-1 pada pertemuan perdana Grup G Kualifikasi Piala Dunia 2022 zona Asia di Bali, Oktober 2019.

Akan tetapi, Park Hang-seo pasti mengetahui bahwa timnas Indonesia sudah berbeda sejak ditangani rekan senegaranya, Shin Tae-yong, mulai awal 2020.

"Pertandingan melawan Indonesia akan jauh lebih sulit dibandingkan leg pertama (15 Oktober 2019 di Bali-red). Mereka banyak berubah. Pelatih baru dan pemain muda yang mampu bertarung dengan semangat tinggi," kata Park Hang-seo.

Secara strategi, Indonesia yang kini tidak lagi tergantung kepada pemain-pemain cepat.

Mengandalkan formasi 4-4-2, Shin mengutamakan kedisiplinan dan fokus pemain dalam menjaga sekaligus melapis posisi. Shin ingin anak-anak asuhnya tidak mudah kehilangan bola.

Alur serangan Indonesia tak terpaku dari sayap. Shin membuat Garuda memiliki lebih banyak opsi masuk pertahanan lawan, bisa dari tengah, sayap atau langsung dari pertahanan.

Baca juga: Shin Tae-yong optimistis tatap laga kontra Vietnam

Perkiraan

Berkaca dari pertandingan-pertandingan timnas U-19 saat beruji coba di Kroasia pada 2020, Shin Tae-yong bukanlah pelatih yang gemar mengotak-atik tim utama.

Oleh sebab itu, besar kemungkinan skuad yang bermain seri 2-2 dengan Thailand akan dipertahankan saat berjumpa Vietnam.

Evan Dimas akan kembali diplot sebagai penyerang 'palsu'  atau false nine di lini depan. Dikatakan palsu karena pemain berusia 26 tahun tersebut sejatinya berperan pula sebagai pengatur serangan dan tak jarang membantu kinerja lini tengah.

Dari sisi Evan Dimas, Kushedya Yudo sepertinya tidak akan diganti, tetapi pemain lain seperti Saddam Gaffar atau Osvaldo Haay bisa menjadi pilihan yang bagus dalam sebelas pertama.

Nama-nama seperti Syahrian Abimanyu dan I Kadek Agung, masing-masing membuat assist' dan gol dalam pertandingan versus Thailand, tampaknya juga masih akan mengawal lini tengah.

Egy Maulana dan Witan Sulaeman diproyeksikan tetap menjadi gelandang serang melebar kanan-kiri. Lalu duet bek Pratama Arhan-Asnawi Mangkualam juga cocok meredam serangan dari sayap.

Posisi kiper masih baik jika diberikan kepada Nadeo Argawinata. Satu-satunya yang mungkin dapat berubah adalah sektor bek tengah. Pasangan Arif Satria-Rizky Ridho sepertinya belum terlalu padu. Untuk ini, masih ada pilihan lain seperti Rachmad Irianto dan Didik Wahyu.

Dari sisi Vietnam, laga melawan Indonesia merupakan pertandingan pertama mereka saat pertandingan Grup G Kualifikasi Piala Dunia 2022 zona Asia dipusatkan di Dubai, Uni Emirat Arab.

Namun, melihat laga-laga sebelumnya, Park Hang-seo terlihat masih akan mengandalkan penyerang Nguyen Tien Linh. Striker berusia 23 tahun itu dikenal suka beradu cepat dengan bek lawan sebelum melesakkan gol.

Di tengah, Park sepertinya menurunkan Nguyen Hoang Duc, lalu di belakang akan ada bek yang sempat membuat Evan Dimas cedera dalam final sepak bola putra SEA Games 2019, Doan Van Hau. Lalu di bawah mistar gawang, penjaga gawang kelahiran Moskow Van Lam Dang sulit untuk disingkirkan.

Tidak ada tim yang tak bisa dikalahkan, termasuk Vietnam. Kalau disiplin dan mampu memanfaatkan setiap kesempatan, Indonesia pasti mampu meraup tiga angka.

Baca juga: Shin Tae-yong ingin bertepuk tangan untuk pemain timnas Indonesia

Pewarta: Michael Teguh Adiputra Siahaan
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2021