Alasan memilih udang karena merupakan komoditas perikanan yang paling banyak diserap oleh pasar internasional setelah ikan salmon
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) siap mengembangkan potensi lahan budi daya udang di Provinsi Sulawesi Tenggara dalam rangka memacu pertumbuhan ekonomi serta menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat setempat.

"Mungkin di Sulawesi Tenggara punya potensi lahan untuk kegiatan budi daya udang yang bisa kita kembangkan bersama," kata Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono saat bertemu Gubernur Sultra Ali Mazi di Kantor KKP, Jakarta, Kamis.

Menteri Trenggono mengemukakan alasan memilih udang karena merupakan komoditas perikanan yang paling banyak diserap oleh pasar internasional setelah ikan salmon. Penyerapan dari komoditas udang tersebut diperkirakan bisa lebih dari tiga juta ton per tahun.

Sementara sepanjang tahun lalu, volume ekspor udang Indonesia mencapai 239.227 ton (2,04 miliar dolar AS) dari nilai pasar udang dunia sebesar 24 miliar dolar. Targetnya, volume ekspor udang Indonesia naik 250 persen pada 2024.

Trenggono menjelaskan salah satu strategi KKP dalam menggenjot produktivitas budi daya udang berkelanjutan adalah membangun shrimp estate atau budi daya udang skala besar dengan proses hulu hingga hilir berada dalam satu kawasan.

Proses produksinya, menurut dia, juga menggunakan teknologi untuk mendukung hasil panen lebih optimal, mencegah penyakit, serta lebih ramah lingkungan. KKP sudah menentukan beberapa daerah untuk dijadikan pilot project.

"Saya ingin yang punya bukan perusahaan, tapi dimiliki oleh rakyat. Lalu swasta berperan sebagai offtaker, suplai pakan, hingga hatchery. Jadi perputaran ekonomi yang dihasilkan skala besar. Dengan begitu masyarakat kesejahteraannya meningkat, pemda pendapatannya juga bertambah dan tentunya kegiatan ini ramah lingkungan," beber Menteri Trenggono.

Sementara itu, Gubernur Ali Mazi menyambut baik tawaran Menteri Trenggono untuk pengembangan budi daya perikanan, khususnya komoditas udang di Sulawesi Tenggara.

Menurut Ali, saat ini tersedia sekitar 2.000 hektare lahan potensial yang bisa dijadikan kawasan tambak udang. "Saya setuju sekali dengan program KKP. Kami siap sosialisasikan ke masyarakat," ujarnya.

Terkait dengan udang, sebelumnya KKP melalui Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau (BBPBAP) Jepara telah mengembangkan model budi daya udang berbasis klaster percontohan di Kabupaten Sukamara, Kalteng, guna membangkitkan ekonomi.

Sekretaris Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya KKP Gemi Triastutik mengapresiasi keberhasilan percontohan klaster di Sukamara yang telah panen dengan rata-rata tingkat produktivitas mencapai sekitar 10 ton per hektare.

Menurut dia, keberhasilan ini bisa menjadi model yang bisa dikembangkan di daerah lain. Terlebih, menurut dia, ada pekerjaan rumah besar dalam menggenjot nilai ekspor udang sebesar 250 persen pada 2024.

"Saya kira jika daerah potensial lainnya mampu menerapkan model seperti di Sukamara, target kenaikan ekspor akan dengan mudah tercapai," katanya.

Saat ini, India sebagai pesaing utama, tengah dilanda gelombang kedua COVID-19 yang sangat parah dan data menunjukkan ada tren penurunan ekspor udang India terutama ke Amerika Serikat dalam periode Januari-Maret 2021.

"Ini menjadi momen kita untuk menangkap peluang kekosongan suplai yang ada," kata Gemi.

Baca juga: KKP ajak investor buka tambak udang di Pasuruan Jatim
Baca juga: KKP: Sukamara Kalteng jadi model contoh pengembangan klaster udang
Baca juga: Menteri Trenggono dorong Pemprov Sumbar kembangkan budidaya udang

Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2021