Jakarta (ANTARA) - Inggris melalui Aliansi Laut Global memimpin target global "30by30" untuk melestarikan sedikitnya 30 persen lautan dan daratan dunia pada 2030, yang telah disepakati oleh para menteri iklim dan lingkungan hidup Kelompok Tujuh (G7).

Target yang juga diperjuangkan oleh Koalisi Ambisi Tinggi untuk Alam dan Manusia, yang diketuai bersama oleh Inggris Raya, Kosta Rika, dan Prancis itu juga telah disepakati oleh 80 negara, termasuk India, Guyana, Korea Selatan, dan Austria pada Hari Laut Sedunia --yang diperingati 8 Juni 2021.

Menteri Lingkungan Kerajaan Inggris Raya George Eustice mengatakan Inggris adalah pemimpin global dalam perlindungan laut, dan Inggris memimpin secara internasional untuk menjamin laut yang sehat dan berkelanjutan.

“Kita harus mencapai keseimbangan dalam mendukung industri yang berkelanjutan sambil meningkatkan perlindungan bagi laut kita untuk memastikan ekosistem laut yang sehat, tangguh, dan beragam, dan kita akan bekerja sama dengan berbagai pihak saat kita mengembangkan perlindungan di masa depan,” ujar Eustice seperti dikutip dalam keterangan tertulis Kedutaan Besar Inggris di Jakarta, Jumat.

Inggris juga telah meluncurkan rencana untuk meningkatkan perlindungan bagi perairannya melalui skema percontohan untuk menetapkan situs laut di negara itu sebagai “Kawasan Laut yang Sangat Dilindungi”. Larangan akan ditetapkan bagi semua kegiatan yang dapat merusak satwa liar atau habitat laut di kawasan tersebut.

Sebuah tinjauan ilmiah menemukan bahwa “Kawasan Laut yang Sangat Dilindungi” memainkan peran penting dalam membantu pemulihan ekosistem laut yang lebih luas.

Inggris, menurut keterangan tersebut, juga semakin meningkatkan perannya sebagai pemimpin global dalam perlindungan laut dengan beralih menjadi anggota penuh di Ocean Risk and Resilience Action Alliance (ORRAA).

ORRAA adalah sebuah aliansi yang menyatukan sektor keuangan, pemerintah, serta organisasi nirlaba untuk merintis cara inovatif dalam mendorong investasi ke ekosistem penting, seperti terumbu karang, hutan bakau, padang lamun, lahan basah, dan pantai yang menyediakan solusi berbasis alam untuk membangun ketahanan terhadap perubahan iklim.

Sementara itu, Duta Besar Inggris untuk Indonesia dan Timor Leste Owen Jenkins mengatakan Indonesia memiliki kehidupan laut dan laut yang luar biasa, serta tingkat keanekaragaman ikan terumbu karang tertinggi di dunia.

“Sekitar 54 persen pasokan protein hewani Indonesia berasal dari ikan dan makanan laut. Dan Indonesia memasok sekitar 10 persen komoditas kelautan dunia. Jutaan orang Indonesia bergantung pada laut untuk makanan, mata pencaharian, dan juga untuk rekreasi,” ujar Owen.

Owen mengungkapkan bahwa Indonesia telah menunjukkan kepemimpinan dalam isu kelautan, misalnya dengan menjadi tuan rumah konferensi Our Oceans pada 2018, dan dengan membentuk Archipelagic and Island States Forum, yang Inggris adalah salah satu anggotanya.

“Pekerjaan itu telah menunjukkan perbedaan yang dibuat Indonesia ketika membawa kepemimpinan, pengetahuan, keahlian, dan pengalamannya ke dalam diskusi global ini. Saya berharap Indonesia melakukan hal yang sama dan mempertimbangkan untuk bergabung dalam janji global “30by30”, kata Owen.
 
Dalam keterangan tertulis, Kedubes Inggris menyebutkan bahwa beberapa film dokumente,r seperti “Blue Planet”, “Attenborough Effect”, dan “Seaspiracy” memiliki pengaruh yang kuat terhadap bagaimana perasaan masyarakat dunia tentang lautan.

Hasil survei terbesar yang pernah ada di Inggris dan Wales tentang sikap publik terhadap lautan menemukan bahwa 85 persen orang menganggap perlindungan laut adalah hal penting bagi mereka secara pribadi.

Dari mereka yang telah mengunjungi garis pantai Inggris tahun lalu, sebanyak 80 persen mengatakan perlindungan laut baik untuk kesehatan fisik mereka dan 84 persen mengatakan upaya itu juga baik untuk kesehatan mental mereka.

Ketika dalam jajak itu ditanya tentang ancaman terbesar terhadap lingkungan laut, para responden menjawab mereka paling khawatir tentang polusi.Penangkapan ikan yang berlebihan, perubahan iklim, dan hilangnya habitat laut juga mendapatkan tingkat kekhawatiran cukup tinggi.

Wilayah lautan menutupi lebih dari 70 persen planet bumi dan menghasilkan sedikitnya 50 persen oksigen bagi bumi. Sayangnya, perubahan iklim, penangkapan ikan yang berlebihan, polusi plastik, dan lainnya menjadi tantangan bagi sumber daya alam. Secara global, sekitar 50 persen terumbu karang telah hancur dan 90 persen populasi ikan besar habis.

Baca juga: PM Inggris luncurkan koalisi global untuk adaptasi perubahan iklim

Baca juga: Inggris akan ajak anggota G7 bahas isu COVID-19, iklim, dan perempuan


 

Australia pulihkan ekosistem bawah laut lewat terumbu artifisial raksasa

 

Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2021