Jakarta (ANTARA News) - Pengusaha nasional dan politisi, Adi Putra Darmawan Tahir secara terbuka mencalonkan diri sebagai salah satu kandidat Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) 2010-2015, setelah didukung puluhan pengurus Kadinda dan asosiasi terkait.

"Saya menerima amanat dan aspirasi daerah ini dengan tiga alasan utama," katanya saat deklarasi pencalonan dirinya di Jakarta, Rabu.

Tiga hal utama itu yakni, pertama, kata mantan anggota MPR RI 1994-1999 itu, ingin sama-sama berkomitmen meningkatkan demokrasi yang sehat di kalangan dunia usaha.

Kedua, ingin berusaha mengakomodir segala aspirasi dari bawah, khususnya kalangan pengusaha anggota Kadin di daerah dan ketiga, ingin mengajak kandidat Ketua Umum Kadin lainnya untuk meningkatkan kualitas persaingan merebut kursi nomor satu di Kadin 2010-2015.

"Siapa pun yang terpilih adalah yang terbaik dan saya dukung penuh," kata anggota DPR RI dari Partai Golkar sejak 1999 sampai sekarang ini.

Seusai deklarasi tersebut, pejabat sementara Ketua Umum Kadin Indonesia 2008-2010 ini mengaku, hingga Rabu (15/9), sudah mendapat dukungan sedikitnya 17 Kadinda di seluruh Indonesia seperti Aceh, Kalimantan Selatan dan Sulawesi Barat serta sejumlah asosiasi.

Kadin akan melaksanakan musyawarah nasional pada 25 September 2010. Empat kandidat lainnya yang sudah mencalonkan diri yakni Chris Kanter, Suryo Sulisto, Sandiaga Uno dan Wisnu Wardhana.

Adi Tahir yang juga Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia 2008-2010 ini lahir di Bandung 18 Mei 1953. Tokoh Pemuda Panca Marga (1992-1996) ini juga pernah menjadi Ketua Umum HIPMI pada 1992-1995.

Ketika menyampaikan pidato pencalonan dirinya, Adi menyebut keinginan besar untuk mewujudkan Kadin sebagai andalan pemerintah dan dunia usaha.

"Kadin harus berperan menjadi motor penggerak pertumbuhan ekonomi, bukan hanya sebagai `keran`," katanya.

Kenyataannya yang ada sekarang adalah, Kadin hanya lelah berkoordinasi, terlalu lama berdiskusi dan kurang bersinergi. "Selama hampir 20 tahun, untuk menjadikan Kadin sebagai andalan bagi semuanya (pemerintah dan dunia usaha) masih mimpi," katanya.

Untuk itu, ke depan, seluruh pemangku kepentingan harus bersatu menggalang kekuatan. "Jangan lagi ada ego sektoral seperti saat ini, apalagi tantangan ekonomi lima tahun ke depan makin berat," katanya.(*)
(E008/R009)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010