Liwa, Lampung Barat (ANTARA News) - Masyarakat Lampung Barat waspada gajah, yang kerap masuk dan merusak perkampungan warga. "Gajah terus menjadi ancaman bagi masyarakat yang berada dekat di area hutan, bahkan kawanan gajah tersebut masih berada dekat di area perkampungan warga," kata masyarakat yang berada di Pekon (Desa) Bandar Dalam, Kecamatan Bengkunat Belimbing, Lampung Barat, Ismanto (47) sekitar 389 Km dari Bandarlampung, di Bandar Dalam, Selasa.

Dia menjelaskan, setiap malam warga melakukan penjagaan kampung.

"Kawanan gajah kerap masuk diarea perkampungan kini jumlah semakin meningkat, sehingga warga setiap malam merasa khawatir bila hewan tersebut kembali masuk perkampungan dan merusak, untuk mengantisipasi itu, setiap malam kami melakukan penjagaan diarea kampung," kata dia.

Dia memaparkan, kerusakan hutan menjadi penyebab hewan gajah kerap masuk di area perkampungan.

"Kondisi hutan di Lampung Barat rusak oleh tangan jahil yang mengambil keuntungan pribadi, sehingga satwa tersebut tidak ada lagi tempat untuk berlindung, yang dampaknya kini dirasakan masyarakat yang mana hewan tersebut menjadi langgana masuk kampung," kata dia.

Kemudian lanjut dia, hewan berbelalai tersebut menjadi momok masyarakat.

"Hewan besar ini selalu menjadi momok masyarakat, sebab setiap harinya hewan tersebut selalu menampakkan diri, sehingga kami khawatir, bila satwa tersebut masuk dan memporak porandakan rumah warga," kata warga itu.

Menurut dia, masyarakat dapat diberikan bekal senjata untuk menghalau gajah.

"Beberapa waktu lalu puluhan gajah masuk area perkampungan kami, untuk menghalau hewan tersebut kami masih menggunakan peralatan seadanya, sehingga hewan besar tersebut sangat susah untuk dihalau, bahkan kerap mengamuk," katanya.

Satwa liar seperti gajah terus mengancam masyarakat Lampung Barat yang berada dekat di Hutan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) juga Hutan Lindung.

Satwa ini kerap menunjukan diri pada masyarakat, membuat masyarakat khawatir sewaktu waktu hewan tersebut masuk dan merusak kembali kampung.

Kewaspadaan terhadap gajah terus ditingkatkan masyarakat, salah satunya dengan menggelar ronda malam, tujuannya saat gajah tersebut memasuki kampung, akan dapat dihalau sejak awal.

Konflik gajah dan manusia kerap terjadi di Lampung Barat, kerusakan hutan menjadi pemicu utama, satwa ini memasuki perkampungan dan merusak apa saja yang di lihatnya.

Beberapa waktu lalu, sekitar 45 ekor gajah memasuki perkampungan warga Kecamatan Bengkunat Belimbing, Lampung Barat, bahkan butuh sepekan lebih untuk mengusir hewan tersebut masuk kembali kedalam hutan.

Setiap harinya, masyarakat kecamatan ini kerap melihat kawanan gajah, butuh penanganan serius dari pemerintah pusat, agar kondisi ini tidak berlarut larut, yang nantinya satwa tersebut tidak akan memakan korban.

Sebelumnya Bupati Lampung Barat Mukhlis Basri mengatakan, kerusakan hutan menjadi pemicu konflik hewan dan manusia.

"Tidak bisa disangkal lagi, kerusakan hutan menjadi pemicu terjadinya konflik antara hewan dan manusia, semua itu ulah dari perambah yang merusak hutan, sehingga dampaknya dirasakan masyarakat," kata dia.

Dia menjelaskan, butuh tindakan khusus dari pemerintah pusat untuk menanggulangi ini.

"Keterbatasn personil dan anggaran membuat kami tidak mampu berbuat banyak, akan tetapi sosiallisasi yang kami berikan pada masyarakat, tidak henti hentinya kami berikan, agar melestarikan dan menjaga hutan, selain itu juga, berharap pada pemerintah pusat agar membantu sepenuhnya Lampung Barat, sehingga konflik satwa dan manusia dapat dicegah," katanya.(*)
(ANT-049/R009)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010