Jakarta (ANTARA) - Penulis Natasha Sondakh meluncurkan novel fiksi pertamanya bertajuk "She Smells of Turmeric", yang bercerita tentang seorang gadis keturunan Indonesia, Cecilia Poetry, sebagai tokoh utama yang hidup di Amerika dan perjalanannya mencari jati diri.

Natasha melalui keterangannya, Jumat, mengungkapkan ia membutuhkan waktu selama 4 bulan untuk menyusun serpihan-serpihan pemikirannya yang ia tulis dalam kertas-kertas kecil lalu mengembangkan ceritanya untuk menjadi sebuah novel.

Baca juga: "Trese", anime dari novel grafis populer Filipina tayang 11 Juni

“Buku fiksi ini terinspirasi dari kehidupan nyata, apakah itu tempat yang pernah saya datangi di Jakarta atau pernah didatangi oleh teman-teman,” kata dia.

Ia mengatakan hadirnya buku ini sebagai upaya Natasha untuk mendekatkan Indonesia ke dunia sastra Barat.

“Kurangnya representasi dan pengetahuan tentang Indonesia yang berujung banyak dari kita menjadi sasaran mikroagresi, stereotip, dan sikap merendahkan ketika berada di luar negeri. Hal ini karena ketidaktahuan mereka akan kompleksnya kehidupan di Indonesia,” kata dia.

Dan setiap sosok yang berusaha dimunculkan oleh Natasha dalam novelnya ini memiliki karakter sendiri dan berbeda. Ia mencoba untuk menjaganya senyata mungkin karena menurutnya, buku ini merupakan pandangan WNA ke kehidupan dari orang Indonesia.

Menggandeng New Degree Press di kota Washington, DC, Amerika, “She Smells of Turmeric” telah terbit perdana di AS dalam Bahasa Inggris pada 30 April 2021.

Setidaknya 450 eksemplar buku telah laku terjual dan buku tersedia pula dalam bentuk digital dan cetak. Untuk pasar Indonesia, “She Smells of Turmeric” telah hadir di beberapa toko buku seperti Kinokuniya dan Books N Beyond.

Baca juga: Kehidupan Freddie Mercury digambarkan dalam novel grafis

SInopsis dan ide
Berawal dari kematian sang ayah yang keturunan Indonesia, Cecilia memutuskan pindah ke Jakarta. Keputusan ini didorong oleh keinginan untuk mengenang dan melihat langsung keindahan Indonesia yang selalu diceritakan sang ayah semasa hidupnya.

Saat menginjakkan kaki di Indonesia maka dimulailah petualangan Cecilia dalam pencarian nilai-nilai asli Indonesia dan juga jati dirinya.

Percampuran budaya dalam kehidupan seorang individu menjadi hal yang sangat umum terjadi di tengah era globalisasi. Individu-individu ini pun terpanggil untuk menemukan jati dirinya dan keinginan itu semakin menguat tak sanggup untuk diredam.

Natasha pun tergerak untuk menantang gagasan universal tentang kesempurnaan dan mendorong orang untuk mencintai diri mereka sendiri terlepas dari standar dunia. Dan iapun akan menemani bagi siapa saja untuk menjelajahi persimpangan identitas.

Dalam novel fiksi ini juga diceritakan bagaimana Cecilia Poetry harus bertahan dalam menghadapi suatu keadaan yang sangat berbeda di negara baru dengan modal identitas yang dimilikinya sosial, kekeluargaan, dan profesionalnya.

“She Smells of Turmeric” mengundang setiap pembaca untuk bergabung dengan Cecilia dalam perjalanannya untuk menemukan dan mencintai dirinya sendiri saat dia menavigasi apa artinya menjadi orang Indonesia dan apa artinya menjadi manusia.

Di tengah pencarian jati dirinya, karakter utama juga menghadapi berbagai pengalaman pelik dalam proses pendewasaan dan juga cinta.

Melalui novel ini, Natasha berharap agar orang-orang lebih ramah pada diri mereka sendiri dan orang lain karena pada akhirnya semua begitu sempurna dan dicintai dengan cara masing-masing.


Baca juga: "Funiculi Funicula", soal pengalaman kunjungi masa lalu di kedai kopi

Baca juga: Menkominfo apresiasi novel grafis karya Agnez Mo

Baca juga: Falcon Pictures adaptasi novel "KATA" ke layar lebar

Pewarta: Arnidhya Nur Zhafira
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2021