Pasangkayu (ANTARA News) - Balai Pengembangan Pendidikan Non-Formal dan Informal (BPPNFI) Regional V Sulawesi mengembangan model pendidikan anak usia dini pada komunitas adat terpencil Suku Bunggu, Kecamatan Pasangkayu, Mamuju Utara, Sulawesi Barat (Sulbar).

Untuk memantapkan pelaksanaan model pendidikan anak usia dini pada komunitas Suku Bunggu ini, dilakukan rapat orientasi antara tim teknis dan dari BPPNFI dan para tutor yang akan menangani anak-anak peserta didik, di Desa Saluira, Kecamatan Bambaira, Kabupaten Pasang Kayu, Mamuju Utara, Minggu, yang dihadiri Kepala BPPNFI, Muhammad Hasbi.

Model pendidikan yang diterapkan pada anak Suku Bunggu ini dibuatkan setelah tim BPPNFI melakukan survei lapangan yang antara lain menemukan bahwa anak-anak Suku Bunggu usia 0 - 6 tahun belum tersentuh pendidikan. Bahkan, orang tua mereka pun belum sempat mengenyam pendidikan yang memadai.

Berdasarkan data itu, BPPNFI Regional V Sulawesi merancang model pendidikan untuk mereka dengan melibatkan semua pihak terkait. Untuk memaksimalkan proses belajar bagi anak-anak Suku Bunggu ini, pihak BPPNFI merekrut warga lokal sebagai tutor.

Untuk mendukung proses belajar bagi anak-anak Suku Bunggu yang orang tuanya sudah turun gunung dan bermukim di sekitar kaki gunung, BPPNFI menyiapkan sarana belajar dan sarana bermain.

Sedangkan untuk menjangkau anak-anak yang masih bermukim di atas gunung, BPPNFI membangun panti belajar di lereng gunung yang berada sekitar 200 meter di atas permukaan laut, ujar Hasbi.

Panti belajar yang sementara dalam tahap perampungan itu diberi nama Sou Madamba Pura yang berarti rumah tempat bergembira bersama. Di tempat ini juga disiapkan juga sarana bermain anak-anak seperti yang disiapkan untuk anak-anak di kaki gunung.

Komunitas Suku Bunggu di Mamuju Utara ini tersebar di tiga kecamatan masing-masing Kecamatan Pasangkayu, Bambaira, dan Kecamatan Bambalamoto, serta di sejumlah daerah yang masuk wilayah Suawesi Tengah.

Komunitas Suku Bunggu ini menggunakan Bahasa Kaili sebagai alat komunikasi. Mereka bermukim di sekitar kaki dan puncak Gunung Matapangi. Mereka yang bermukim di kaki gunung sudah membangun dan mendiami rumah sebagai layaknya warga lain, tetapi yang bermukim di puncak gunung masih membangun dan mendiami rumah di atas pohon.

Kepala Adat Suku Bunggu, Lisu, menyatakan kegembiraannya atas perhatian dan bantuan yang diberikan BPPNFI.

"Ini merupakan bantuan yang pertamakalinya kami terima setelah puluhan tahun berdiam di sini," kata Lisu dalam bahasa Indonesia campur Bahasa Kaili.

Komunitas Adat Suku Bunggu yang sudah turun gunung dan memiliki tempat tinggal tetap ini relatif besar. Menurut Kepala Dusun Saluira, Ronald, jumlahnya mencapai 300 orang.

Sedangkan mereka yang masih tinggal di atas gunung dan berumah di atas pohon jumlahnya juga masih cukup besar karena sebarannya juga relatif luas. Bahkan ada yang masuk dalam wilayah Sulawesi Tengah.
(T.ANT-102/F003/P003)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2010