Selama ini kita selalu kesulitan mengatasi dan menyelesaikan berbagai persoalan ini. Saya sepakat dengan pendekatan yang diusung Bulog yaitu mendorong hilirisasi
Jakarta (ANTARA) - Wakil Ketua DPR-RI Kordinator Bidang Industri dan Pembangunan Rachmat Gobel mengatakan masalah perberasan nasional hingga kini masih belum bisa diselesaikan secara tuntas, sehingga perlu terobosan dengan menghilangkan ego sektoral di berbagai instansi terkait.

“Dari tahun ke tahun persoalan beras tetap sama. Masalah ini bisa diselesaikan jika dilakukan secara terintegrasi pada instansi terkait,” kata Wakil Ketua DPR RI Rachmat Gobel saat berbicara pada Focus Group Discussion (FGD) bertajuk "Kebijakan Perberasan Saat Ini dan Pentingnya Integrasi Lintas Kementrian," yang digelar Perum Bulog, di Jakarta, Selasa.

Menurutnya, masalah perberasan yang selalu berulang antara lain pupuk dan benih yang menjadi mahal saat musim tanam, harga gabah anjlok saat panen, impor beras, luas lahan yang terus berkurang dan penanganan pascapanen yang masih tradisional yang membuat petani kesulitan meningkatkan nilai tambah.

“Selama ini kita selalu kesulitan mengatasi dan menyelesaikan berbagai persoalan ini. Saya sepakat dengan pendekatan yang diusung Bulog yaitu mendorong hilirisasi,” kata Rachmat Gobel.

Pada kesempatan itu ia juga menekankan agar semua lembaga terkait tidak lagi main-main dengan masalah perberasan karena ini menyangkut harkat dan martabat bangsa dan juga nasib kehidupan para petani yang masih terpinggirkan.

“Masalah beras dan petani jangan jadi lahan spekulasi, menjadi mainan politik apalagi menjadi lahan subur mafia. Semua pihak harus menyadari, selama ini kita berhutang besar kepada petani sehingga saat ini ketahanan pangan kita bisa masih terjaga,” kata Rachmat Gobel.

Baca juga: Bulog pastikan stok beras nasional aman capai 1 juta ton

Hilirisasi

Dalam hal hilirisasi Rachmat mengusulkan tiga hal yaitu industrialisasi berbasis beras, life style berbasis beras, dan mengembangkan branding beras berbasis kearifan lokal.

Industrialisasi berbasis beras, tidak hanya mendorong produktivitas dan kualitas produk, tapi juga akan meningkatkan nilai tambah dan valuasi yang besar bagi petani.

“Ini mensyaratkan ekosistem dan ini yang harus kita bangun dengan didukung Kawasan Ekonomi Khusus beras agar manajemen stabilitas supply and demand bisa terjaga secara optimal,” kata Rachmat Gobel.

Terkait dengan gaya hidup berbasis beras, Rachmat menjelaskan setiap daerah mempunyai budaya yang dekat atau kental dengan beras. Dalam adat perkawinan bahkan kematian, sejak dulu budaya masyarakat selalu saling memberi dengan hadiah beras.

“Ini perlu kita tumbuhkan lagi dengan produk corak atau gaya hidup yang lebih kekinian dan bergengsi,” kata Rachmat Gobel.

Untuk itu perlu kembali menghidupkan beras lokal karena setiap daerah mempunyai beras unggulan dan kebanggaan masing-masing. Misalnya, Sumatera Barat dengan beras Solok, Jawa Barat dengan beras Pandan Wangi, Jawa Tengah dengan beras Rojo Lele.

“Melalui program hilirisasi beras yang diusung Bulog, pihak-pihak terkait perlu mendukung branding beras lokal agar bisa tampil dengan berkualitas, modern untuk mendapatkan nilai tambah yang lebih tinggi, sambil mengangkat kembali kebanggaan pada daerah masing-masing,” kata Rachmat Gobel.

Baca juga: Erick Thohir sebut impor beras masalah kebijakan dan terkait satu data

Pewarta: Royke Sinaga
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2021