Jakarta (ANTARA News) - Wakil Ketua MPR Lukman Hakim Syaifudin mengharapkan Indonesia sudah banyak menghadapi konflik tidak lagi tersandra oleh konflik-konflik di masa lalu.

"Meskipun itu (akibat konflik pada masa lalu) sulit kita lupakan, tetapi seharusnya kita bisa memaafkan semua itu," ujarnya saat konferensi pers rencana Silaturahmi Nasional 1 Oktober 2010 yang digagas bersama Forum Silaturahmi Anak Bangsa (FSAB) dengan MPR RI.

Dijelaskannya alasan mengapa MPR bersedia memfasilitasi silaturahmi nasional itu karena apa yang digagas FSAB ini adalah sesuatu yang patut diapresiasi setinggi-tingginya.

"Mereka yang berhimpun dalam FSAB adalah para putra-putri yang dulu punya pengalaman pahit pada masa lalu. Tapi visi misi mereka sangat sejalan dengan apa yang sekarang ini ingin digencarkan MPR, yaitu ingin menegakkan kembali keempat pilar kehidupan kenegaraan kita yang salah satunya adalah semboyan Bhinneka Tunggal Ika," ujar Lukman yang juga politisi PPP itu.

Jadi, dia menambahkan, sekeras apa pun perbedaan di antara anak bangsa, semuanya tetap berada atau direkatkan dengan keindonesiaan.

Menurut dia, rasa keindonesiaan itulah yang sesungguhnya menyatukan bangsa dan FSAB telah menggagas sejumlah kegiatan dalam rangka menjaga keutuhan sebagai satu bangsa.

"Karenanya kami dengan senang hati akan memfasilitasi kegiatan ini, karena forum silaturahmi nasional ini sesungguhnya ruh atau jiwanya adalah mengakhiri konflik," ujarnya.

Wakil Ketua MPR lainnya, Ahmad Farhan Hamid, mengatakan bahwa ada banyak masalah di Indonesia yang sedang diselesaikan satu demi satu. Tapi ada satu hal yang paling penting, yakni bagaimana Indonesia bisa berdamai dengan dirinya sendiri.

"Inilah contoh yang paling baik untuk mengatakan bahwa kita mau berdamai dengan diri kita sendiri. Tidak boleh lagi ada konflik pada masa depan," katanya.

Forum Silaturahmi Anak Bangsa (FSAB) bersama Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), elemen Eksponen Angkatan 66 dan Keluarga Korban Tragedi Nasional 66 akan menggelar silaturahmi nasional untuk memantapkan persatuan dan kesatuan bangsa pada 1 Oktober 2010.

Menurut Ketua FSAB Suryo Susilo, acara itu diharapkan bisa menjadi awal terwujudnya rekonsiliasi. "Silaturahmi ini diharapkan bisa menjadi jembatan untuk mewujudkan suatu rekonsiliasi yang kita dambakan bersama," ujarnya.

Dikemukakannya bahwa dalam forum silaturahmi ini disepakati tetap berada dalam naungan Pancasila dan UUD 1945 sebagai landasan organisasi, dan tentunya sejalan dengan apa yang sedang dikerjakan MPR menyosialisasikan empat pilar, yaitu Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika.

Forum silaturahmi ini juga lebih mengedepankan pendekatan sosial budaya sehingga ketegangan-ketegangan yang ada bisa lebih cair. Berbagai permasalahan yang ada diselesaikan secara budaya, bukan secara hukum.

(D011/D007/S026)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010