Mamuju (ANTARA News) - Sebagian besar warga di Mamuju, Sulawesi Barat mengeluhkan pasokan air dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Mamuju macet meskipun pembayaran iuran bulanan lancar.

Afrianti, warga Kelurahan Karema, Kecamatan Simboro, di Mamuju, Rabu, mengatakan, pasokan air dari PDAM ke rumah-rumah warga sejak beberapa bulan terakhir ini terbilang tidak lancar, sehingga mengakibatkan sebagian warga terpaksa kesulitan mendapatkan sarana air bersih itu.

"Kami heran saat ini curah hujan tinggi justeru pasokan air bersih dari PDAM buntu-buntu, meskipun iuran bulanan yang dibebankan kepada kami tetap dibayar lunas," kata dia.

Ia mengemukakan, pasokan air dari PDAM hanya terjadi pada malam hari, sedangkan siang hari sama sekali tidak ada.

Pada siang hari, kata dia, warga umumnnya banyak memanfaatkan air bersih, sedangkan penggunaan pada malam hari sangat sedikit.

"Saat malam hari, warga umumnya ikut begadang hingga larut malam pada pukul 00 dinihari, karena saat itu air yang di pasok PDAM kembali lancar. Kondisi seperti ini juga merepotkan, karena waktu untuk beristirahat terpaksa dimanfaatkan untuk menunggu pasokan air tersebut untuk dimasukkan dalam bak penampungan," ungkap dia.

Afrianti yang juga staf pemerintah Provinsi Sulbar ini mengemukakan, tidak lancarnya pasokan air bersih ini membuat sebagian warga mengeluh, karena warga pun tak dapat memanfaatkan air sumur karena berwarna kuning dan baunya tak sedap.

Hal senada dikatakan, Kaimuddin, salah seorang warga setempat juga mengeluhkan tidak lancarnya pasokan air dari PDAM ini.

"Kenapa bisa air dari PDAM tidak lancar?, sedangkan pasokan dari sumber mata air yang dikelola perusahaan daerah ini sangat banyak. Jelas, ada yang tidak beres di PDAM karena tak bisa mengelola sarana air bersih secara benar," ungkapnya.

Ia menilai, PDAM salah mengurus usahanya sehingga mengakibatkan warga mengalami kesulitan untuk mendapatkan sarana air bersih.

"PDAM harus diurus oleh orang-orang yang memiliki keahlian pengelolaan air karena ini menyangkut masalah kebutuhan masyarakat banyak," timpalnya. (ACO/K004)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010