koperasi yang dalam menjalankan usahanya efisien tidak akan mati dengan adanya holding ultra mikro, justru koperasi tersebut akan lebih kompetitif ke depan
Jakarta (ANTARA) - Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Eko Listiyanto memungkinkan koperasi bersinergi dengan Holding BUMN Ultra Mikro dalam membantu pelaku UMKM.

Dia mengatakan bahwa koperasi yang dalam menjalankan usahanya efisien tidak akan mati dengan adanya holding ultra mikro, justru koperasi tersebut akan lebih kompetitif ke depan.

"Masalahnya saat ini adalah ketiadaan dana murah yang dapat diakses masyarakat kecil. Saat ini persentase bunga pinjaman usaha masyarakat kecil lebih besar dibandingkan dengan korporasi. Dengan adanya upaya holding tersebut, akan ‘mewarnai pasar’ sehingga menjadi lebih kompetitif," ujar Eko kepada Antara di Jakarta, Kamis.

Menurut ekonom INDEF tersebut, integrasi ekosistem usaha ultra mikro melalui holding BUMN Ultra Mikro (UMi) diyakini tidak akan menggerus keberadaan koperasi. Langkah strategis pemerintah dalam pemberdayaan pelaku usaha di sektor ultra mikro itu bahkan dinilai bisa akan saling menguatkan dan bersinergi dengan koperasi.

“Itu bukan mematikan koperasi. Itu menjadi challenge untuk bisa lebih efisien. Di situ perannya sebetulnya. Bagi koperasi yang tidak mau bersaing ini tekanan, berarti mereka mau mengambil untung terlalu besar. Koperasi seperti itu kapitalis, itu masalahnya,” tegas Eko.

Dia juga menyebut, adanya holding ultra mikro akan menekan gerak rentenir ‘berbaju’ koperasi yang meresahkan masyarakat. Penyaluran kredit dari BRI, Pegadaian dan PNM akan lebih mudah dengan tingkat efisiensi yang menekan bunga dan cost of fund.

“Itu justru positif. Jangan dilihat ini ada pendatang baru di-drive BUMN, oleh pemerintah mau matikan koperasi. Justru ini akan membuat cost of fund atau biaya dana bagi UMKM lebih efisien dbandingkan sekarang. Sehingga hanya koperasi yang prudent dan kompetitif yang akan semakin berkembang,” kata Eko.

Pelaku Koperasi mengaku terbantu

Di sisi lain, ada kekhawatiran dari sebagian kalangan bahwa langkah pemerintah membentuk holding yang melibatkan BRI, Pegadaian dan PNM, akan menggerus keberadaan koperasi. Namun, kekhawatiran itu tertepis oleh pelaku usaha koperasi yang selama ini mendapat jasa layanan keuangan dari BRI.

Adalah Ratnawati selaku Finance and Accounting dari Koperasi Mandiri Bina Karya yang merupakan koperasi dari salah satu anak perusahaan PT PLN (Persero), yaitu PT Indonesia Comnets Plus. Ratnawati mengatakan sejak 2018 koperasi yang dikelolanya mendapatkan pinjaman dari BRI.

Menurut Ratnawati, adanya rencana pembentukan holding ultra mikro yang melibatkan BRI bersama PNM dan Pegadaian, merupakan langkah baik salah satunya pada efisiensi biaya jasa layanan keuangan, sehingga tentunya juga menguntungkan koperasi.

“Hubungan dengan BRI selama ini baik, pelayanannya bagus. SDM-nya mendukung. Berapa yang kita butuhkan cepat responnya dari BRI. Dan bunga pinjaman nggak memberatkan masih normal. Tapi kalau nanti tercipta efisiensi akan sangat menguntungkan koperasi seperti kami,” ujarnya.

Hal itu diamini pula Dina Latifa, Kepala Pusat Koperasi Serba Usaha DKI Jakarta. Dina mengatakan selama ini terbantu dengan kredit dari BRI karena bunga pinjaman tidak memberatkan. Namun memasuki masa pandemi, tidak sedikit usaha anggotanya yang terdampak sehingga dia berharap adanya keringanan.

“Kerjasama dengan BRI kalau tidak salah sekitar 7 atau 8 tahun dan jujur saja merasa terbantu. Kalau ke depan jasa layanan bisa lebih efisien dan efeknya ke biaya layanan yang lebih murah ini akan sangat membantu koperasi seperti kami. Apa lagi menghadapi masa sulit,” katanya.

Baca juga: Indef: Pelaku UMKM butuhkan holding BUMN Ultra Mikro
Baca juga: Erick Thohir: Holding ultra mikro solusi bagi segmen usaha UMi
Baca juga: Menkeu: PP Holding Ultra Mikro tunggu tanda tangan Presiden Jokowi
Baca juga: Pengamat: Holding BUMN Ultra Mikro tidak hilangkan kendali pemerintah

 

Pewarta: Aji Cakti
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2021