Jakarta (ANTARA) - Perhimpunan bangsa-bangsa Asia Tenggara (ASEAN) bersama dengan Komite Internasional Palang Merah (ICRC) menekankan perlunya adaptasi kolektif dalam menghadapi risiko bencana yang berkembang di dalam dan di luar kawasan.

Penekanan itu disampaikan pada Platform Bersama ASEAN-ICRC ke-3 yang diselenggarakan secara virtual pada 23-24 Juni 2021, demikian menurut keterangan tertulis Sekretariat ASEAN yang diterima di Jakarta, Kamis.

Platform itu memberikan kesempatan bagi pembuat kebijakan dan para pakar untuk membahas manajemen bencana dan aksi kemanusiaan yang berkelanjutan.

Pada forum ketiga ASEAN-ICRC itu, para peserta bertukar pandangan dan perspektif tentang pandemi COVID-19, bencana alam dan bencana yang disebabkan oleh manusia, respons terkoordinasi yang efektif, dan pendanaan kemanusiaan yang berkelanjutan.

"ASEAN menyadari adanya kebutuhan untuk memperkuat kapasitas regional dan untuk selalu siaga menghadapi berbagai bahaya dan risiko bencana yang dihadapi kawasan ini," kata Eric Yap, Komisaris Pasukan Pertahanan Sipil Singapura dan Ketua Komite ASEAN untuk Penanggulangan Bencana (ACDM).

Untuk mencapai tujuan itu, menurut Yap, sangat penting untuk memanfaatkan sumber daya tradisional dan non-tradisional dalam manajemen bencana guna meminimalisir kesulitan dan penderitaan saat bencana terjadi.

"Wilayah kita mengalami pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan penduduk dan peningkatan urbanisasi yang pesat. Selain dampak perubahan iklim yang terus menggema, lanskap risiko bencana yang terus berubah menjadi semakin kompleks," kata Sekretaris Jenderal ASEAN, Lim Jock Hoi.

"Dengan visi menjadi pemimpin global di bidang manajemen bencana, sangat penting bagi kita untuk menanamkan pola pikir yang jauh ke depan dalam mengantisipasi tantangan dan tren yang muncul di masa mendatang," lanjutnya.

Sementara itu, Presiden ICRC Peter Maurer mengatakan bahwa dinamika krisis yang berlapis-lapis dan bersifat kompleks, seperti konflik berlarut-larut, bencana alam dan bencana yang disebabkan manusia, serta tekanan ekonomi baru-baru ini akibat pandemi COVID-19 menciptakan tantangan kemanusiaan yang sangat sulit diatasi.

"Jelas bahwa pendekatan tradisional terkait bantuan tidak akan menghasilkan solusi memadai. Kita perlu memperkuat pendekatan multidisiplin, multisektoral dan kolektif untuk aksi kemanusiaan. Kita perlu menggabungkan kekuatan dalam memanfaatkan inovasi dan memastikan bahwa modal investasi publik dan swasta menciptakan dampak yang terukur bagi orang-orang yang terkena dampak," ujar Maurer.

Platform Bersama ASEAN-ICRC itu membahas isu-isu terkait pendanaan kemanusiaan yang inovatif dan aksi kemanusiaan dalam keadaan darurat yang rumit.

Para peserta yang mengikuti kegiatan itu berdiskusi untuk mengeksplorasi kemungkinan yang ditawarkan oleh ekosistem wirausaha yang berkembang di Asia Tenggara untuk mempelopori inovasi di bidang pendanaan kemanusiaan dan tanggap pembangunan.

Selain itu, diskusi juga fokus pada realitas pemberian bantuan kemanusiaan di tengah krisis yang multifaset dan kompleks, seperti pandemi COVID-19 yang sedang berlangsung.

Baca juga: ASEAN dorong kerja sama Iptekin untuk kolaborasi penanganan COVID-19
Baca juga: JK jelaskan upaya penanggulangan COVID-19 kepada ICRC Asia Tenggara
Baca juga: Pemerintah sebut potensi kerja sama dengan ICRC untuk vaksinasi di 3T

Pewarta: Yuni Arisandy Sinaga
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2021