Jakarta (ANTARA) - Kementerian Perindustrian mengapresiasi industri farmasi berskala internasional PT Ferron Par Pharmaceuticals, yang mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), sehingga berkontribusi menurunkan emisi karbon sebesar 273 ton per tahun.

“Upaya itu akan berkontribusi menurunkan emisi karbon sebesar 273 ton per tahun, saat ini kita memasuki era industri 4.0 yang merupakan era transformasi digital yang akan menciptakan nilai tambah baru pada industri farmasi,” kata Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Kementerian Perindustrian Muhammad Khayam lewat keterangannya di Jakarta, Jumat.

Menurut dia, PT Ferron Par Pharmaceuticals menggunakan energi terbarukan yang ramah lingkungan serta mewujudkan Green Manufacturing melalui pembangunan dan mengoperasikan pembangkit listrik tenaga surya dengan kapasitas 239 kWp dan menjadikannya PLTS terbesar di Cikarang, Jawa Barat,.

Dalam Rencana Pemerintah Jangka Menengah (RPJMN) 2020-2024, lanjutnya, pembangunan rendah karbon dan ketahanan iklim telah menjadi agenda prioritas nasional dalam kegiatan pembangunan di Indonesia.

Pemerintah menyampaikan komitmennya untuk menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 29 persen.

Sementara itu Direktur Utama PT Ferron Par Pharmaceuticals Krestijanto Pandji menyatakan, untuk menjalankan industri manufaktur yang efektif, efisien, dan berkesinambungan, perusahaan mengembangkan energi terbarukan yang ramah lingkungan melalui pembangunan Pembangkit listrik Tenaga Surya pada 2021.

"Bekerja sama dengan PT Cikarang Listrindo Tbk, kami melakukan pemasangan panel surya yang berlokasi di atap pabrik seluas 3.000 meter persegi dengan kapasitas sebesar 239 kiloWatt peak,” ujarnya.

Angka tersebut merupakan kapasitas PLTS terbesar yang ada Cikarang, Jawa Barat, dan akan berkontribusi menurunkan emisi karbon sebesar 273 Ton per tahun.

Menurut dia, PTLS  yang dibangun di atas atap pabrik seluas 3.000 meter persegi, mengoptimalkan pemanfaatan potensi energi surya di Indonesia yang besar, yakni sekitar 4,8 kWh per meter persegi.

Selain itu, tambah Krestijanto, implementasi PLTS juga meningkatkan daya saing di era Industri 4.0. Kinerja PLTS itu dijalankan dengan menerapkan tren teknologi industri 4.0, di mana PLTS akan terhubung dengan jaringan internet sehingga dapat dimonitor secara realtime.

Upaya implementasi teknologi 4.0 ini juga sejalan dengan upaya Ferron untuk membangun kompetensi, sistem dan daya saing di tingkat nasional, regional

hingga global.

Dengan memiliki Pembangkit Listrik Tenaga Surya, tambahnya, perusahaan berupaya meningkatkan efisiensi proses produksi dalam menghasilkan produk bermutu dan bernilai ekonomis tinggi.

"Langkah yang menjadi bagian pengembangan industri hijau ini diharapkan dapat mendorong Ferron sebagai industri yang bertransformasi menuju industri inovatif yang tangguh dan berdaya saing tinggi,” tutur Krestijanto.


Baca juga: Pengamat : Pemerintah perlu dukung pemanfaatan energi surya

Baca juga: AESI dorong penguatan ekosistem PLTS di Indonesia

Baca juga: Suryacipta dukung percepatan pemanfaatan PLTS Atap di kawasan industri

Baca juga: Pemerintah apresiasi industri pemanfaat PLTS atap


Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2021