perawatan rumput alami itu memanfaatkan burung kaki bayam (himantopus leuchocepalus)
Jakarta (ANTARA) - Pengelola Jakarta International Stadium (JIS) menggunakan rumput hibrida atau perpaduan antara rumput sintetis dan rumput alami tanpa pestisida yakni jenis manila (zoysia matrella) asal Boyolali, Jawa Tengah.

Kepala Divisi Sekretaris Perusahaan Jakarta Propertindo atau Jakpro (Perseroda) Nadia Diposanjoyo mengatakan perawatan rumput alami itu memanfaatkan burung kaki bayam (himantopus leuchocepalus).

Baca juga: Jakpro bersama KAI dan Kemenhub bahas transportasi terintegrasi di JIS

"Burung kaki bayam ini nanti kami pelihara. Nantinya juga akan ada kandangnya sekaligus pawangnya di sekitar JIS," kata Nadia di Jakarta, Jumat.

Nadia mengatakan Jakpro berkomitmen menjaga kualitas JIS yang merupakan stadion pertama di Indonesia yang memperoleh sertifikat green building tingkatan platinum, yakni predikat bangunan yang ramah lingkungan level tertinggi melalui langkah tersebut.

Baca juga: Atap Jakarta International Stadium mampu serap energi surya

Nantinya, akan ada lima sampai 10 ekor burung kaki bayam yang dipelihara di stadion kawasan Tanjung Priok, Jakarta Utara itu. Selain untuk pemeliharaan alami, tujuannya untuk memastikan rumput alami JIS terbebas dari hama seperti ulat dan serangga.

Standar pemakaian rumput JIS merupakan rekomendasi FIFA. Termasuk mencampur rumput hibrida dan alami hingga komposisi ketebalannya, yakni lima persen rumput sintetis, dan 95 persennya rumput alami dengan jenis zoysia matrella yang didatangkan langsung dari Boyolali, Jawa Tengah.

Menurut Nadia, rumput alami asal Boyolali itu dihasilkan oleh para petani dalam negeri yang sudah pengalaman dan khusus untuk membuat rumput sepak bola.

Baca juga: Realisasi pembangunan JIS meningkat menjadi 60,28 persen

Selain itu, penggunaan rumput hybrid JIS pun berdasarkan hasil studi banding dengan sejumlah negara yang telah memiliki stadion berstandar FIFA, seperti di Singapura, Inggris, dan Spanyol.

Manfaat (benefit) lain dari penggunaan rumput hibrida adalah  biaya pemeliharaan lebih efektif. Hal tersebut juga merupakan rekomendasi FIFA.

Selain memiliki daya tahan tiga kali lipat dibanding rumput alami, penggunaan rumput hibrida memiliki daya serap air yang baik. Artinya air akan lebih cepat turun hingga lapisan terbawah rumput.

Selain itu, dari sisi penggunaannya, rumput hibrida bisa digunakan dua kali pertandingan sepakbola berskala internasional dalam satu hari.

Keunggulan lainnya, rumput hibrida sangat cocok dengan kondisi iklim pesisir. Hal ini menjadi pertimbangan utama. Sebab, lokasi JIS berada tidak jauh dari pesisir pantai utara Jakarta.

Terlebih lagi, rumput hibrida akan menjadi tren lapangan sepak bola modern di masa depan. Itu sebabnya, Jakpro memilih menggunakan rumput hibrida di JIS.

Selain dua lapangan latih yang sudah siap digunakan pada bulan depan, lapangan utama JIS juga akan menggunakan rumput hibrida.

Sebagai perbandingan, stadion-stadion di Eropa seperti Allianz Arena Stadium milik klub raksasa Jerman Bayern Munchen, Wanda Metropolitano Stadium di Madrid, Spanyol, hingga Tottenham Hotspur Stadium di London, Inggris juga menggunakan rumput hibrida.

Sementara itu, hingga minggu ke-94 progres pembangunan kontruksi JIS telah mencapai 60,28 persen. Progresnya kini Jakpro dan KSO proyek JIS berhasil melakukan pengangkatan (lifting) rangka atap JIS pada Kamis (17/6) lalu.

Setelah proses pengangkatan rangka atap berhasil dilakukan, proses selanjutnya yakni penyambungan struktur atap pada kepala kolom atau pier head.

Penyambungan dengan menggunakan end truss sebagai adjustment dengan metode pengelasan (welding) di atas stadion. Penyambungan end truss dengan struktur atap kurang lebih memakan waktu pelaksanaan sekitar 14 hari.

Pewarta: Abdu Faisal
Editor: Ganet Dirgantara
Copyright © ANTARA 2021