Ramallah (ANTARA) - Otoritas Palestina (PA) pada Sabtu (26/6) mengerahkan pasukan keamanan untuk menghadapi para pengunjuk rasa yang turun ke jalan-jalan di Ramallah di Tepi Barat setelah salah satu pengkritik terbesar Presiden Mahmoud Abbas meninggal dalam tahanan.

Pengkritik tersebut, Nizar Banat, ditangkap pada Kamis (25/6) dini hari oleh pasukan Otoritas Palestina yang mendobrak masuk ke rumah kerabat tempat dia tinggal.

Pasukan otoritas memukul Nizar Banat berulang kali dengan batang logam sebelum menangkapnya, kata keluarga Banat.

Kematian Banat telah memicu protes selama tiga hari di Tepi Barat yang diduduki dan seruan dari masyarakat internasional agar penyelidikan dilakukan.

Pada Sabtu, petugas keamanan Palestina berbaris di jalan-jalan dan memblokir pengunjuk rasa dengan memukul mereka dengan kepalan tangan dan dengan tongkat, menurut video Reuters.

Para petugas, beberapa mengenakan perlengkapan anti huru-hara dan lainnya berpakaian preman, juga menembakkan gas air mata dan menyerang wartawan, menurut saksi mata.

Tidak ada angka resmi tentang berapa banyak orang yang ditangkap atau terluka.

Juru bicara dinas keamanan Otoritas Palestina, Talal Dweikat, mengatakan komite yang menyelidiki kematian Banat telah memulai tugas itu dan mendesak masyarakat untuk menunggu hasilnya.

Dia tidak mengomentari kekerasan yang terjadi Sabtu.

Serikat wartawan Palestina mengutuk serangan oleh pasukan keamanan terhadap para jurnalis yang meliput aksi unjuk rasa.

"Penargetan jurnalis oleh petugas keamanan adalah perkembangan baru yang serius dalam serangan gencar terhadap kebebasan berekspresi dan media," kata serikat pekerja dalam pernyataan.

Banat, 43 tahun, adalah seorang aktivis sosial yang menuduh Presiden Mahmoud Abbas melakukan korupsi, termasuk atas pertukaran vaksin COVID-19 yang berumur pendek dengan Israel bulan ini dan penundaan pemilihan umum yang telah lama tertunda pada Mei.
 
Banat telah terdaftar sebagai calon anggota parlemen untuk pemilu itu.

Kerumunan berbaris melalui jalan-jalan sambil mengibarkan bendera Palestina dan gambar Banat. Mereka menyerukan agar kekuasaan Abbas selama 16 tahun diakhiri.

"Kami menginginkan reformasi politik total yang benar-benar mencerminkan kepentingan rakyat," kata pengunjuk rasa bernama Esmat Mansour.

Kelompok-kelompok pembela hak asasi manusia mengatakan Abbas berkali-kali menangkap kritikus.

Seorang pejabat Human Rights Watch mengatakan penangkapan Banat "bukan anomali".

Abbas dan Otoritas Palestina, yang menjalankan pemerintahan sendiri secara terbatas di Tepi Barat, menolak tuduhan bahwa mereka korup dan bahwa mereka menangkap orang karena pandangan politik.

Sumber : Reuters

Baca juga: Jelang pemilu Palestina, Abbas hadapi perselisihan partai Fatah

Baca juga: Presiden Abbas perpanjang keadaan darurat selama 30 hari karena COVID

Baca juga: Palestina akan kembali gelar pemilu setelah absen selama 15 tahun


 

Pesawat tempur Israel serang pos militer Hamas di Gaza

Penerjemah: Azis Kurmala
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2021