Sebagai orang tua tentunya kita ingin agar apa yang dimakan dan diminum anak-anak kita adalah makanan yang sehat, aman, bergizi dan halal, karena dari makanan itulah akan tumbuh darah, daging, tulang dan otaknya.

Banyak orang tua yang menjaga betul menu makanan anak sehari-hari. Mulai dari menu utama, lauk, sayur hingga camilan dan makanan tambahan lainnya.

Satu titik yang sering dilupakan namun sangat krusial adalah masalah jajanan mereka ketika di sekolah. Itulah saat dimana anak-anak kita di luar pengawasan orang tua.

Mereka memiliki kebebasan untuk menggunakan uang jajan mereka untuk makanan dan minuman sesuai dengan selera mereka sendiri. Apalagi dalam suasana bermain dengan teman-teman, penentuan makanan apa yang akan dibeli dan dikonsumsi juga sangat dipengaruhi oleh rekan sepermainan.

Kalau kita perhatikan, makanan dan minuman yang dijual di depan sekolah dasar di berbagai tempat kualitasnya sangat memprihatinkan. Ditinjau dari aspek kesehatan dan kehalalan makanan itu layak dipertanyakan.

Ada cimol, cireng, cendol, gulali, baso, aneka makanan ringan dan minuman warna-warni. Kondisi jualan, sanitasi, kesehatan dan asal-usul bahan yang digunakan masih menyisakan pertanyaan.

Hal ini diperparah oleh daya beli anak-anak yang hanya sebatas uang saku mereka. Di beberapa sekolah dasar di pinggiran kota, uang jajan mereka hanya berkisar 500 hingga 1000 rupiah.

Dari jumlah itu kalau bisa sudah didapat makanan beserta minumannya. Para penjual yang harus bisa memenuhi tuntutan konsumennya itu harus berpikir keras bagaimana mendapatkan produk dengan harga yang sesuai.

Di sinilah kita boleh curiga bahwa tidak menutup kemungkinan mereka juga menggunakan bahan-bahan yang tidak baik dan tidak halal.

Beberapa makanan dan minuman anak-anak sekolah yang layak dicurigai antara lain adalah baso, cireng, cendol, makanan ringan, gulali dan minuman warna-warni.

Baso Goreng
Jangan dibayangkan baso yang dijual kepada anak-anak kita itu seperti baso restoran yang banyak dagingnya. Ia hanyalah bulatan aci yang dicampur sedikit daging, bahan tambahan dan MSG, kemudian ditusuk dan digoreng.

Biasanya penjual sudah menyediakan saus dan kecap secara gratis. Bahan yang layak dicurigai adalah penggunaan daging dalam baso tersebut. Meskipun dagingnya kurang dari 10% namun ini mengundang kecurigaan, daging apa yang ia berikan untuk baso yang hanya seharga 500 rupiah per tusuknya. Jangan-jangan daging sapi yang tidak sehat, atau mungkin juga daging ‘lain’.

Cireng
Makanan ini sebenarnya singkatan dari Aci digoreng. Populer di wilayah Bogor, Bekasi dan daerah-daerah di Jawa Barat. Dari namanya kita sudah bisa membayangkan seperti apa bentuknya. Aci yang dicampur MSG dan bumbu dibuat adonan dan digoreng dengan berbagai bentuk.

Ada sarang laba-laba, bulat dan bentuk tidak beraturan. Penggunaan MSG yang berlebihan untuk menghasilkan rasa gurih perlu diwaspadai. Apalagi jika dikonsumsi setiap hari pada anak-anak kita.

Cendol
Minuman yang berisi bulatan panjang-panjang ini memang cukup digemari sebagai penghilang dahaga. Namun hati-hati, warna hijau yang digunakannya tidak jarang berasal dari pewarna tekstil yang tidak baik bagi kesehatan. Selain itu pemanis yang ditambahkannya juga bukan dari gula pasir, melainkan pemanis buatan dengan dosis yang cukup besar.

Makanan Ringan
Berbagai jenis snack (makanan ringan) banyak dijajakan di depan sekolah-sekolah. Jenis makanan ekstruder yang berasal dari beras atau jagung, yang ditambahkan bahan perasa (seasoning) berbagai jenis memang mengundang selera anak-anak.

Bahan perasa inilah yang perlu dicurigai kehalalannya, terutama untuk rasa daging, rasa ayam, rasa keju dan rasa-rasa gurih lainnya.

Gulali
Makanan ini sudah dikenal sejak dulu. Gula yang dicairkan kemudian dicetak dengan cara meniup itu mengandung kerawanan dalam hal pewarna dan kesehatan peniupnya. Siapa tahu penjual yang meniup gulali itu sedang menderita penyakit menular yang bisa berpindah kepada anak-anak kita.

Minuman
Minuman yang banyak dijajakan bagi anak-anak kebanyakan adalah minuman artifisial yang berasal dari gula buatan, perasa buatan dan pewarna buatan. Minuman itu didesain dalam beraneka rasa dan warna yang menggiurkan, sehingga menarik minat anak-anak kita.

Dengan harga yang cuma 200 rupiah itu, maka yang diberikan oleh para pedagang hanyalah rasa, warna dan aroma buatan yang berbahaya bagi kesehatan. (Nw/ LPPOM MUI)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2010