Jakarta (ANTARA) - Pusat Studi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan (PSP3) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) IPB University menggelar Sosialisasi Empat Pilar MPR RI dalam rangka memperingati Hari Lahir Pancasila dan Napak Tilas 69 Tahun Gagasan dan Visi Bung Karno Membangun Pertanian dan Pedesaan Indonesia.

"Kalau kita melihat ke belakang lagi, bahwa perjuangan dalam mendirikan sekolah tinggi pertanian di Indonesia memerlukan proses yang panjang sekali. Berbeda dengan negara-negara Asia Tenggara lain, Indonesia relatif terlambat dalam mendirikan perguruan tinggi," ujar Kepala LPPM Ernan Rustiadi dalam pernyataan resmi IPB University yang diterima di Jakarta, Selasa.

Ernan menjelaskan dalam sosialisasi yang dilakukan secara hibrida bahwa Fakultas Pertanian di Indonesia didirikan pada tahun 1941 yaitu didirikan di Bogor. Dengan demikian, fakultas pertanian lebih tua dari Universitas Indonesia maupun IPB University sendiri.

Pendirian Fakultas Pertanian itu tidak terlepas dari tokoh-tokoh pendiri bangsa. Pada 1952, Bung Karno menyampaikan pidatonya yang terkenal tentang urusan pangan rakyat adalah soal hidup dan mati bangsa dan pidato tersebut disiarkan ke seluruh tanah air.

Baca juga: BNPB gandeng IPB dampingi ekonomi korban bencana longsor Sukabumi

Baca juga: IPB University sabet tiga penghargaan IEL Season 3


Namun, Indonesia belum mampu mewujudkan kedaulatan pangan secara berkelanjutan. Di samping itu, Indonesia juga masih dihadapkan dengan berbagai tantangan dalam mewujudkan kedaulatan dan ketahanan pangan nasional.

"Oleh karena itu, IPB University hadir untuk berupaya memecahkan tantangan-tantangan tersebut sehingga dapat mewujudkan visi Bung Karno," kata Erna, yang juga menjabat sebagai Kepala Pusat Pengkajian, Perencanaan dan Pengembangan Wilayah (P4W) IPB University.

Dalam kesempatan tersebut hadir pula Diah Pitaloka sebagai anggota MPR RI yang menyebut kedaulatan pangan yang ingin diwujudkan oleh Bung Karno dapat menjadi kenyataan. Dirinya menyebut, dalam konteks pertanian saat itu, Bung Karno mengambil simbolisme Marhaen yang diambil dari petani Jawa Barat.

"Marhaenisme yang diambil Bung Karno adalah kaum yang mempunyai alat produksi tetapi tidak besar. Artinya, Marhaen ini adalah subjek bagi dirinya sendiri dalam membangun kesejahteraan," ujar Diah.

Dia berharap para dosen maupun inovator pangan tetap optimis dalam mewujudkan kedaulatan pangan nasional dengan COVID-19 turut menjadi momentum dalam membangun desa terutama pertanian dan pangan dari desa.

Menurutnya, kehadiran COVID-19 dapat menyadarkan bahwa pembangunan desa itu harus diprioritaskan karena selama pandemi justru yang mampu bertahan itu adalah masyarakat desa dengan pertaniannya.

Sementara itu, Guru Besar Fakultas Peternakan IPB University Muladno menjelaskan bahwa saat ini IPB University telah mengembangkan Sekolah Peternakan Rakyat (SPR). Melalui SPR tersebut, peternak dibina tentang budidaya peternakan seperti sapi, kambing, domba maupun unggas.

"Kami menghadirkan SPR karena salah satu problematika peternak adalah tentang pengetahuan. Sehingga, kehadiran SPR berusaha membina masyarakat terkait budidaya, pemasaran maupun pengolahan pasca panennya," ujar Muladno yang saat ini menjadi Kepala PSP3 IPB University.

Diharapkan kehadiran SPR diharapkan dapat menjadi salah satu alternatif dalam mewujudkan kedaulatan pangan terutama daging nasional.*

Baca juga: BEM IPB University bantu UMKM desa manfaatkan digital marketing

Baca juga: IPB University gelar sosialisasi kelas internasional Prodi ITK

Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2021