Jakarta (ANTARA) - Peneliti Maarif Institute Endang Tirtana mengatakan setidaknya ada empat hal kunci yang harus segera dilakukan agar normal baru dapat dijalankan di Indonesia.

Endang Tirtana dalam keterangannya di Jakarta, Selasa, mengatakan hal itu menilik Singapura tengah mencoba berdamai dengan COVID-19. Sebab mereka meyakini virus itu tidak akan dapat dilenyapkan dan akan menjadi endemik.

Sehingga, virus Corona SARS-CoV-2 akan terus ada di sekitar manusia, dan Indonesia juga harus segera menyiapkan rencana serupa.

Baca juga: SAS Institute: Pemerintah waspadai mafia obat di tengah COVID-19

Dia mengatakan upaya pertama sebagai kunci normal baru yakni upaya menggencarkan vaksinasi COVID-19. Langkah tersebut tengah digenjot oleh pemerintah melalui berbagai sektor.

“Menciptakan herd immunity merupakan langkah awal agar Indonesia bisa segera mencapai new normal. Bahkan saat ini institusi Polri tengah menargetkan vaksinasi satu juta warga per hari, belum lagi Presiden Joko Widodo menargetkan 2 juta dosis vaksin per hari pada Agustus 2021,” katanya.

Namun, upaya pertama itu tetap harus mendapatkan dukungan dari masyarakat. Untuk itu, upaya kedua adalah pentingnya menjaga jarak, menggunakan masker, mencuci tangan, makan makanan bergizi, filter Informasi Hoaks (6M).

Selain itu, pemerintah menurut dia juga tetap harus memperketat testing (pengetesan), tracing (pelacakan) dan treatment (perawatan) atau 3T.

“Walaupun nantinya telah terbentuk herd immunity masyarakat tetap harus membiasakan hidup dengan pola 6M. Ini sebagai upaya mencegah terjadinya gelombang penularan secara massal. Selain itu, pemerintah tetap harus menjalankan 3T sebagai langkah pencegahan varian atau virus baru yang mungkin masuk ke Indonesia,” jelasnya.

Setelah kedua upaya tersebut berjalan, pemerintah tetap harus memperkuat fasilitas kesehatan. Ini kata dia sebagai upaya ketiga agar Indonesia dapat hidup berdampingan dengan virus COVID-19.

Baca juga: Masyarakat dinilai abai terhadap prokes soal meningkatnya kasus COVID

Menurut dia jika benar nanti COVID-19 menjadi endemik, maka fasilitas kesehatan harus ditingkatkan untuk mencegah kematian akibat virus tersebut.

“Kalau fasilitas kesehatan tidak ditingkatkan akan percuma, saat terjadi peningkatan kasus fasilitas tidak memadai dan akhirnya menyebabkan kematian. Kita harus bisa meminimalisir hal tersebut, belum lagi fasilitas untuk pengembangan obat dan vaksin. Sembari menangani pandemi, pemerintah harus menyiapkan rencana untuk peningkatan fasilitas kesehatan,” ucapnya.

Endang menambahkan, upaya terakhir adalah kesadaran masyarakat. Segala upaya yang dilakukan pemerintah akan sia-sia saat masyarakat yang coba dilindungi abai akan kesehatan dan lingkungannya.

Akhirnya, lanjut dia segala daya dan upaya yang telah dilakukan tak akan menghasilkan perubahan yang optimal.

“Ini tugas berat yang tidak bisa hanya diserahkan kepada pemerintah, seluruh tokoh masyarakat harus menyadarkan akan bahaya COVID-19. Jangan sampai kesadaran itu tumbuh saat sudah positif atau pun anggota keluarga maupun kerabat terdekat menjadi korban kekejaman COVID-19 ini,” katanya.

Dia menyebutkan tantangan terbesar Indonesia dalam penerapan normal baru adalah soal luas wilayah. Indonesia sangat berbeda dengan Singapura baik secara jumlah penduduk maupun luas wilayahnya, oleh sebab itu tanpa ada sinergi masyarakat dan pemerintah, maka pandemi ini tak akan pergi.

“Indonesia sudah punya musuh bersama untuk dapat bersatu. COVID-19 adalah lawan nyata yang menyebabkan semua sektor terdampak, untuk itu mari kita dukung upaya pemerintah keluar dari pandemi dan memulai new normal,” ujarnya.

Baca juga: Maarif Institute: Vaksin solusi utama terbebas dari COVID-19

Baca juga: 208 lokasi vaksinasi massal ada di Jakarta Selatan


Pewarta: Boyke Ledy Watra
Editor: Nurul Hayat
Copyright © ANTARA 2021