Jeddah (ANTARA News) - Tim Komisi VIII DPR mendesak agar Panitia Penyelenggara Ibadah Haji Indonesia (PPIH) membenahi sistem angkutan jemaah calon haji di Mekah (dari pemondokan ke Masjidil Haram) untuk menjawab keluhan para jemaah selama ini.

"Kami mengingatkan agar sistem angkutan khususnya bagi jemaah yang tinggal di Ring 2 segera ditingkatkan," kata Wakil Ketua Komisi VIII DPR-RI Gondo Radityo Gambiro di Jeddah, Rabu.

Gondo Radityo Gambiro dari Fraksi-Partai Demokrat memimpin tim beranggotakan 10 orang yang akan memantau pelaksanaan pelayanan jemaah calon haji Indonesia.

Anggota Tim lainnya yakni Hj. Siti Romlah (F-Partai Demokrat), Hj. Adji Farida dari F-Partai Demokrat, Ny. Rukmini Buchori (F-PDIP), M. Said Abdullah (F-PDIP), H. Abdul Rozak (F-PAN), H. Muhammad Arwani (F-PP), H. Zulkarnaen Djabar (F-PG), M. Oheo Sinapoy (F-PG), Isqan Lubis (F-PKS) dan Nurhasan Zaidi (dari F-PKS).

Setibanya di Jeddah, Selasa malam, Tim Komisi VIII DPR langsung berkoordinasi dengan Konjen RI di Jeddah dan PPHI mengenai apa yang sudah, sedang dan yang akan dilakukan PPHI dalam penyelenggaraan layanan bagi calon haji.

Berdasarkan informasi yang diperolehnya di tanah air, menurut Radityo, masih banyak keluhan dari para jemaah mengenai layanan "shuttle bus" dari pemondokan jemaah di Mekah menuju Masjidil Haram.

Menurut catatan, jemaah calhaj mengeluhkan layanan bus yang sering terlambat sehingga mereka harus berjam-jam menunggu di halte yang telah ditentukan, begitu pula saat hendak pulang dari Masjidil Haram ke pemondokan.

Seperti yang tertulis dalam kontrak dengan Muasassah (penyelenggara layanan haji Arab Saudi), disediakan 315 "shuttle bus" yang melayani angkutan calhaj dari 32 titik (halte) di pemondolan haji yang tersebar di 11 distrik di Mekah dan empat titik kepulangan haji (ke pemondokan) dari Masjidil Haram.

Sekitar 52.500 calhaj reguler Indonesia (26,4 persen) tinggal di Ring 1 (berjarak terjauh 2Km dari Masjidil Haram) dan 143.600 calhaj (73,6) persen mondok di Ring 2 yang berjarak terjauh tujuh Km dari Masjidil Haram.

Masalah transportasi dialami oleh calhaj yang tinggal di Ring 2, sehingga untuk tahun-tahun mendatang, Komisi VIII DPR akan memperjuangkan agar pemondokan jemaah calhaj Indonesia paling jauh berlokasi empat KM dari Masjidil Haram.

Seperti yang telah dikhawatirkan sejak semula, masalahnya karena tidak ada pihak yang bisa mengawasi para pengemudi bus (sebagian besar berkebangsaan Mesir dan Syria) agar berdisiplin menjalani rute dan jadwal yang telah diatur sebelumnya.

Para pengemudi yang dikelola oleh Muasassah (penyelenggara layananan haji di Arab Saudi) sering memanfaatkan lemahnya pengawasan dengan bekerja semaunya dan mencari-cari alasan untuk mangkir.

"Alhamdulillah, kami memperoleh jawaban dari Konjen RI di Jeddah dan PPIH bahwa kualitas pelayanan akan ditingkatkan," ujarnya seraya menambahkan, jumlah bus yang disewa (315 unit) akan diperbanyak lagi.



Agar lebih kongkret



Mengingat masih ada waktu sekitar dua mingu lagi menjelang acara puncak (Wukuf dan melempar jumrah di Padang Arafah, Muzdalifah dan Mina (Armina), Tim Komisi VIII DPR meminta agar PPIH membuat rencana kerja yang lebih kongkret.

"Kita sama-sama tahu, di Mekah masalah transportasi terjadi dari tahun ke tahun, namun demikian tetap harus dicarikan alternatif jalan keluarnya," kata Radityo.

Ia menambahkan, yang perlu diperhatikan adalah sistem pengawasan di lapangan, tidak cukup laporan di atas kertas saja, termasuk pengawasan terhadap pengemudi, rute yang dilalui, jadwal tugas dan penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan.

Mengenai kontrak-kontrak yang telah disepakati antara PPIH dengan pihak penyelenggara di Arab Saudi, Radityo menambahkan, pihaknya sudah mendapatkan salinannya dari PPHI dan akan mempelajari, kemudian memperbaiki atau menyempurnakannya agar pelayanan haji pada

tahun-tahun mendatang akan lebih baik lagi.

"Kita tidak ingin mencari-cari kesalahan, tetapi ingin memperbaikinya sehingga tidak terjadi bencana dalam pelayanan ibadah haji," demikian katanya menambahkan.

Sampai hari ini tercatat sudah sekitar 131.300 calhaj reguler (Program Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH atau dulu ONH) yang berada di tanah suci, sebagian masih melakukan Arbain (shalat 40 waktu) di Madinah, dan sebagian sudah bergeser ke Mekah atau begitu mendarat di Jeddah langsung diberangkatkan ke Mekah.

Gelombang I calhaj reguler Indonesia (101.500 orang) yang tiba di Bandara King Abdul

Aziz (KAA) Jeddah dan Bandara Amir Muhammad Abdul Aziz (AMAA) Madinah mulai 23 Oktober sampai 6 November terlebih dulu berkumpul di Madinah, sementara sisanya (sekitar 95.500 calhaj) seluruhnya mendarat di KAA Jeddah dan langsung diberangkatkan ke Mekah untuk melakukan Umrah.

Seluruh calhaj, belum termasuk calhaj nonreguler (BPIH Plus atau dulu ONH Plus) sekitar 17.000 orang dan calhaj nonkuota yang diurus oleh biro-biro swasta akan bergabung dengan sekitar 2,5 juta umat Islam sedunia untuk melakukan Wukuf (perenungan diri) di Padang Arafah pada 9 Zulhijah (26 November).

Selanjutnya tiga hari setelah Idhul Adha (27 Nov.), calhaj akan melontar jumrah di Mina dan di sela-selanya melakukan mabit (atau persiapan jumrah) di Muzdalifah.

Jumrah adalah salah satu rukun haji untuk memperingati Nabi Ibrahim yang digoda setan untuk tidak mematuhi perintah Allah menyembelih puteranya, Ismail.
(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009