Jakarta (ANTARA) - Tokoh Pemuda Nahdlatul Ulama (NU) Dr Adnan Anwar mengatakan untuk melawan penyebaran (COVID-19) lebih meluas lagi, perlu adanya gerakan bersama dengan melibatkan para tokoh agama dan masyarakat untuk memberikan teladan kepada masyarakat dalam penerapan protokol kesehatan (prokes).

"Saya melihat merebaknya pandemik COVID-19 di Indonesia ini berbarengan dengan menguat-nya pengaruh era post truth, pasca-kebenaran. Di mana kebohongan, prasangka, emosi, ini justru menyaru sebagai kebenaran," kata Adnan Anwar dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Kamis.

Dia mengatakan bahwa yang terjadi hingga saat ini, berita hoaks malah lebih dipercaya oleh orang-orang itu daripada data dan fakta yang ada sebenarnya.

Menurut dia, masyarakat harus terus diberikan pengertian bahwa wabah COVID-19 adalah musibah yang mengglobal. Di mana virus ini akan menyerang siapa saja, tidak melihat umur, jabatan, gender, agama ataupun aliran.

Indonesia ini adalah negara yang berbasis agama terbesar di dunia, maka perlu peran tokoh agama untuk masuk memberikan edukasi bagi umatnya.

Baca juga: MPR: Kemenag maksimalkan program bantuan bagi santri-tokoh agama

Baca juga: Tokoh agama imbau umat taati prokes dan patuhi kebijakan pemerintah


"Peranan tokoh agama baik itu para kiai, pendeta, bedande dan tokoh agama lainnya ini sangatlah penting dalam mensosialisasikan mengenai bahayanya COVID-19. Tokoh agama secara struktural harus masuk dalam tim gugus tugas, agar mampu memberikan penerangan dan pengertian hingga level lakar rumput," ujar Adnan.

Oleh sebab itu, pria yang juga Instruktur Pendidikan Kader Penggerak Nahdatul Ulama (PKPNU) Nasional ini menyebut perlunya Sinergi Integratif antara yang ahli kesehatan, dokter spesialis, ahli virus, ahli sosiologi masyarakat, tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh adat, TNI-Polri yang bekerja secara sistematis di bawah kendali Gugus Tugas yang selalu hadir dalam berbagai kegiatan masyarakat di saat pandemik ini.

"Saya melihat seperti di BNPT ada Gugus Tugas Pemuka Agama yang bertugas memberikan pencegahan paham radikal terorisme di lingkungan umat atau ormas-nya masing-masing. Nah paling tidak menurut saya Guguis Tugas Pemuka Agama BNPT ini bisa diberikan peran yang lebih, bukan hanya pencegahan paham radikal terorisme saja, tetapi juga berperan memberikan pemahaman kepada umatnya dalam, melawan pandemik ini," tutur dia menjelaskan.

Adnan berpendapat bahwa mereka (para tokoh agama) harus turun di daerah yang tingkat resistensinya terhadap upaya pencegahan COVID-19 masih tinggi. Misalnya, di Madura Raya, lalu sebagian Jawa Barat dan Banten serta beberapa daerah di luar Jawa yang kritikal seperti Sumut, Riau dan Aceh.

"Para tokoh agama harus menjelaskan dengan baik dan benar kepada umatnya agar yakin. Caranya mungkin bisa memanfaatkan teknologi, misalnya, mengkampanyekan melalui media sosial, karena kondisi saat ini tidak memungkinkan untuk mengumpulkan para umatnya karena dapat menimbulkan kerumunan," ucap-nya.

Menurut dia, edukasi ini harus terus dilakukan agar tidak terjadi salah tafsir di masyarakat dalam pilihan jenis vaksin, yang mana vaksin yang sudah ditentukan oleh pemerintah ini sudah sangat terjamin kebersihan dan kehalalan-nya.

Baca juga: Panglima TNI dan Kapolri rangkul tokoh agama tekan penyebaran COVID-19

Pewarta: Joko Susilo
Editor: Chandra Hamdani Noor
Copyright © ANTARA 2021