Pengembangan inovasi di bidang farmasi dan kesehatan sangat penting. Saat ini, lebih dari 90 persen obat-obatan dan bahan baku obat masih diimpor. Indonesia membutuhkan lebih banyak peneliti bidang farmasi
Jakarta (ANTARA) - Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Prof Nizam mengatakan Indonesia membutuhkan lebih banyak peneliti bidang farmasi.

“Pengembangan inovasi di bidang farmasi dan kesehatan sangat penting. Saat ini, lebih dari 90 persen obat-obatan dan bahan baku obat masih diimpor. Indonesia membutuhkan lebih banyak peneliti bidang farmasi,” katanya dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Kamis.

Ia memuji program beasiswa Dexa Award Science Sholarship (DASS) 2021 yang diberikan pada mahasiswa. Mahasiswa dapat mengajukan proposal penelitian dari beragam latar belakang keilmuan yang terkait dengan kesehatan, yang hasil akhirnya nanti dapat diaplikasikan untuk kesehatan masyarakat.

Proposal yang diajukan dan terpilih sebagai pemenang, Dexa Group akan memberikan apresiasi beasiswa pendidikan S2 dan penelitian, serta bebas memilih kampus S2 terakreditasi A di seluruh Indonesia.

Pimpinan Dexa Group, Ferry Soetikno, mengatakan pihaknya hadir dengan menyediakan program Dexa Award Science Scholarship atau DASS. Program itu diarahkan untuk mencetak kader-kader ilmuwan Indonesia pada masa depan yang mampu menggerakkan dan memajukan ilmu pengetahuan, teknologi, dan menghasilkan produk dalam bidang farmasi dan kesehatan.

“Pada tahun keempat, DASS berhasil menarik minat ribuan generasi muda Indonesia yang ingin berkontribusi dan memajukan bangsanya,” katanya.

Ia menambahkan riset dan inovasi yang terus dilakukan Dexa Group melalui Dexa Laboratories Biomolecular Sciences (DLBS) untuk menghasilkan bahan baku obat dari bahan alam Indonesia yang selanjutnya dikembangkan menjadi obat-obatan dari bahan alam Indonesia pada kategori Obat Herbal Terstandar (OHT), bahkan fitofarmaka yang kini disebut sebagai Obat Modern Asli Indonesia (OMAI).

Hal itu sejalan dengan program pemerintah Indonesia untuk membangun kemandirian bangsa di dalam menyediakan bahan baku obat produksi dalam negeri.

Ia mengatakan selama 52 tahun perjalanan Dexa Group, berbagai upaya penelitian dan pengembangan obat jadi telah dilakukan sesuai kebutuhan pasien. Dexa Group juga terlibat secara aktif menghadirkan berbagai macam obat-obatan bagi penderita COVID-19 seperti Chloroquine, Hydroxychloroquine, dan Azithromycin, serta memastikan sistem distribusi yang dapat menjangkau setiap pasien.

“Begitu banyak peluang dan tantangan yang terbentang di hadapan kita semua. Pada kesempatan yang baik ini, saya ingin mengucapkan terima kasih banyak kepada setiap peserta DASS 2021. Saya sampaikan ucapan selamat kepada para finalis dan juga terutama para pemenang, tetaplah bersemangat dan berusaha lebih giat lagi untuk menghasilkan karya-karya gemilang di masa depan,” tambah Ferry.

Kepala Staf Kepresidenan, Jenderal (Purn) Moeldoko menyampaikan apresiasi atas terselenggaranya DASS 2021 tersebut.

“Saya memberikan apresiasi yang sangat tinggi kepada Dexa Group yang telah belasan tahun konsisten memberikan beasiswa kepada lebih dari 3.000 mahasiswa, luar biasa. Saya berharap akan semakin banyak juga industri lainnya yang terdorong dan termotivasi untuk mengikuti langkah mulia yang dilakukan oleh Dexa Group, juga apresiasi kepada para inovator yang memenangkan kompetisi ini dan angkat topi atas usaha kalian,” katanya.


Baca juga: Peneliti: Atasi hambatan paten guna kembangkan industri farmasi

Baca juga: BPJS Kesehatan dorong kemandirian industri farmasi dan alkes

Baca juga: Menko Airlangga: Pandemi jadi kebangkitan riset dan inovasi farmasi

Baca juga: BPOM dorong kemandirian industri obat berbasis sel manusia


Pewarta: Indriani
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2021