Harare/Nairobi (ANTARA) - Afrika akan menerima kiriman pertama vaksin COVID-19 yang disumbangkan oleh Amerika Serikat (AS) pekan depan, saat benua itu menghadapi lonjakan kasus yang dipicu berbagai varian virus corona.

Pemerintahan Presiden AS Joe Biden mengumumkan bulan lalu akan menyumbangkan 500 juta dosis vaksin Pfizer ke 100 negara berpenghasilan terendah di dunia dan tidak akan meminta imbalan atas sumbangan vaksin tersebut.

Strive Masiyiwa, anggota dari African Vaccine Acquisition Trust yang membantu mengoordinasikan distribusi vaksin yang disumbangkan oleh AS, mengatakan bahwa sumbangan itu sebagian besar terdiri dari dosis Pfizer dan beberapa vaksin Johnson & Johnson.

"Kami mulai mengirimkan sumbangan AS pada akhir pekan ini. Jadi beberapa negara akan mulai menerima pengiriman awal minggu depan yaitu Johnson & Johnson, yang lain akan menerima pengiriman Pfizer. Tidak ada negara yang akan menerima keduanya," kata Masiyiwa dalam pengarahan media daring dari Pusat Pengendalian Penyakit (CDC) Afrika, Kamis.

Benua itu tertinggal dalam memvaksinasi populasinya, dengan hanya 1 persen yang diinokulasi penuh, kata Direktur CDC Afrika John Nkengasong.

Afrika bertujuan untuk mendapatkan 800 juta dosis vaksin pada Desember tahun ini tetapi hanya menerima 65 juta dosis sejauh ini, kata Nkengasong.

Secara terpisah, Kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Afrika Matshidiso Moeti memperingatkan bahwa gelombang ketiga virus corona yang menghantam benua itu "tidak seperti yang pernah kita lihat sebelumnya."

Moeti mengatakan lonjakan kasus didorong oleh varian virus yang lebih menular.

"Varian Delta yang menjadi perhatian adalah yang paling menular yang pernah kami lihat. Sejauh ini telah ditemukan di 16 negara Afrika, termasuk tiga dari lima negara yang melaporkan kasus baru paling banyak," kata Moeti kepada wartawan, Kamis.

Dia mendesak tindakan segera dari negara-negara kaya untuk berbagi vaksin.

Saat ini, lebih dari 1 persen warga Afrika telah mendapatkan vaksin dosis lengkap, dibandingkan 11 persen populasi global dan 46 persen populasi di Inggris dan AS yang telah divaksin.

"Afrika tidak boleh dibiarkan mendekam dalam pergolakan gelombang terburuknya," kata Moeti.
Baca juga: IMF: Afrika sangat butuh vaksin untuk hentikan gelombang COVID
Baca juga: Bank Dunia, Uni Afrika bekerja sama perluas akses ke vaksin COVID-19



Sumber: Reuters

Penerjemah: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Suharto
Copyright © ANTARA 2021