Jakarta (ANTARA) - Organisasi sosial kemanusiaan yang bergerak dalam bidang kegawatdaruratan kesehatan, Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) mengharapkan program Isolasi Mandiri Terpantau (Isomantau) dapat mengurai kepadatan rumah sakit rujukan COVID-19, khususnya di wilayah DKI Jakarta.

"Rasa ketakutan dan kepanikan menyebabkan pasien COVID-19 ringan berdatangan ke RS, dampaknya membuat RS menjadi 'overload'. Oleh karena itu Isomantau ini merupakan sebagai salah satu solusi untuk memantau pasien gejala ringan," ujar Presidium MER-C Indonesia Yogi Prabowo dalam konferensi pers via daring soal program Isomantau di Jakarta, Senin.

Menurut dia, kondisi RS yang melebihi kapasitas (overload) dapat menyebabkan kegagalan sistem pelayanan kesehatan, baik di DKI Jakarta maupun di kota lainnya.

Baca juga: Menag izinkan RS Haji tangani pasien COVID-19

"Ini berbahaya karena kondisi ini bisa menyebabkan berkurangnya kualitas pelayanan. Jadi yang terancam bukan hanya pasien COVID-19, tapi juga non COVID-19," ucapnya.

Sementara itu, salah satu dokter perwakilan MER-C Indonesia, Tasykuru Rizqa mengatakan program Isomantau diperuntukkan bagi pasien terkonfirmasi positif COVID-19 yang tanpa gejala maupun gejala ringan.

Ia menambahkan relawan medis MER-C Indonesia akan memantau kondisi pasien yang telah mendaftar di program ini via telemedicine.

"Pasien Isomantau bisa kita beritahukan kapan bisa selesai isolasi, kapan harus PCR, kita juga bisa kasih saran soal medis seperti obat apa yang dibutuhkan," katanya.

Tidak hanya itu, lanjut dia, pihaknya juga memberikan dukungan psikologis pasien tanpa gejala dan ringan itu agar tidak panik dan merasa harus ke RS.

Di hari keenam program Isomantau, ia memaparkan, terdapat 171 pasien yang mendaftar program Isomantau. Sebanyak 122 orang diantaranya masuk dalam program Isomantau.

Ia menyampaikan, orang yang tidak masuk dalam program Isomantau karena tidak memenuhi tiga hal, yaitu domisili pasien, kondisi gejala pasien, dan kelayakan tempat tinggal.

"Program Isomantau baru di DKI saja. Kemudian, kalau sudah gejala sedang juga tidak bisa masuk dalam Isomantau. Dan jika rumah pasien tidak punya kamar terpisah, itu otomatis tidak boleh untuk melakukan isolasi mandiri," paparnya.

Baca juga: Wakil Ketua MPR: Pemerintah beri perhatian RS rujukan COVID-19
Baca juga: Rumah sakit rujukan penanganan COVID-19 di Kota Batu penuh
Baca juga: Pemkot Magelang buka rumah sakit darurat tangani pasien COVID-19

 

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2021