Jakarta (ANTARA) - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) merekomendasikan perlunya intervensi untuk peningkatan perilaku kesehatan ibu dan anak di hilir dan hulu dengan melibatkan berbagai pemangku kepentingan.

"Ada sektor hulu yang memang intervensinya harus melibatkan berbagai stakeholders atau pemangku kepentingan," kata peneliti Pusat Penelitian Kependudukan LIPI Widayatun dalam acara dalam jaringan Bedah Buku "Klaster Keluarga dan Kesehatan", Jakarta, Selasa.

Widayatun menuturkan intervensi di hilir bersifat jangka pendek untuk mengatasi permasalahan struktural faktor yang mempengaruhi pelayanan kesehatan ibu dan anak, yakni keterbatasan prasarana dan sarana, kekurangan tenaga kesehatan dan keterbatasan sarana pelayanan yang mencakup obat dan alat kesehatan.

Sementara intervensi di hulu bersifat jangka menengah dan panjang untuk mengurangi tantangan sosial budaya terkait dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan.

Baca juga: LIPI: Disiplin protokol kesehatan saat vaksinasi berlangsung

Baca juga: Peneliti LIPI: RUU Ketahanan Keluarga tumpang tindih dengan UU lain


LIPI menerbitkan tiga buku hasil penelitian klaster keluarga dan kesehatan, sebagai hasil riset pada 2015-2019, yang berjudul Remaja dan Perilaku Berisiko di Era Digital: Penguatan Peran Keluarga; Menuju Peningkatan Kesehatan Ibu dan Anak: Inovasi dan Upaya Daerah; dan Lansia Sejahtera: Tanggung Jawab Siapa?

Dalam membedah buku Menuju Peningkatan Kesehatan Ibu dan Anak: Inovasi dan Upaya Daerah, Widayatun menuturkan program dan kegiatan pelayanan kesehatan harus menggunakan pendekatan keluarga dan dilaksanakan secara terintegrasi dan berkesinambungan mengikuti siklus hidup.

Buku Menuju Peningkatan Kesehatan Ibu dan Anak: Inovasi dan Upaya Daerah berisi upaya dan inovasi daerah dalam meningkatkan perilaku kesehatan ibu dan anak, yakni pada masa kehamilan, persalinan dan pasca persalinan, serta pengasuhan anak.

Widayatun menuturkan survei terhadap 400 ibu di Kota Medan pada 2017 menunjukkan 88 persen responden mengaku didampingi oleh suami pada saat melakukan pemeriksaan kehamilan.

"Namun, baru separuh 50,9 persen responden didampingi suami pada saat melahirkan anak terakhir mereka," ujar Widayatun.

Widayatun menuturkan dari 137 ibu yang memberikan ASI eksklusif kepada anak terakhirnya, juga baru 38,8 persen di antaranya yang mengatakan bahwa mereka memperoleh dukungan dari suami.

Studi itu menunjukkan upaya dan inovasi program untuk meningkatkan kesehatan ibu dan anak pada masing-masing daerah mempunyai strategi yang berbeda-beda.

Pelaksanaan program terkendala oleh berbagai faktor terkait dengan penyebab dan permasalahan kesehatan bayi, balita dan ibu hamil yang bersifat langsung, tidak langsung dan mendasar yang tidak bisa ditangani sendiri oleh sektor kesehatan.

Pelayanan dari sektor kesehatan fokus pada mengatasi permasalahan yang bersifat langsung yakni di sektor hilir, sedangkan penyebab tidak langsung dan mendasar yakni di sektor hulu perlu melibatkan pemangku kepentingan.

Di samping itu, Widayatun mengatakan studi juga menemukan sejumlah permasalahan kesehatan ibu dan anak yang dijumpai di Kota Mataram, Surabaya dan Medan.

Di Kota Mataram, tingginya kasus anemia dan kekurangan energi kronis (KEK) pada ibu hamil yang berpotensi meningkatkan kasus berat bayi lahir rendah (BBLR) salah satu penyebab kematian bayi.

Faktor penyebabnya yakni pola makan yang kurang sehat dan memenuhi gizi seimbang, anemia pada saat remaja, faktor sosial budaya atau ekonomi seperti keterbatasan pengetahuan, pantangan atau kebiasaan makanan, dan kemampuan ekonomi keluarga.

Di Kota Surabaya, tingginya kasus kematian ibu dan angkanya cenderung berfluktuasi. Faktor penyebabnya adalah pendarahan, pre-eklamsia dan eklamsia serta keterlambatan merujuk ke rumah sakit.

Sementara di Kota Medan, tingginya kasus bayi dengan berat di bawah garis merah. Faktor penyebab adalah rendahnya cakupan ASI eksklusif dan faktor sosial budaya seperti rendahnya pengetahuan ibu, kurangnya dukungan keluarga dan pantangan makanan.*

Baca juga: LIPI terbitkan tiga buku studi keluarga dan kesehatan

Baca juga: TACB Metro dan LIPI sepakat terbitkan buku sejarah lokal

Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2021