Jakarta (ANTARA) - Direktur Pengembangan Bursa Efek Indonesia (BEI) Hasan Fawzi menilai semakin meningkatnya porsi investor domestik, khususnya investor ritel, dibandingkan investor asing dapat meningkatkan ketahanan pasar modal Indonesia.

Sejak tahun lalu, investor domestik yang terdiri dari investor ritel dan investor institusi sudah mendominasi di mana lebih dari 50 persen kepemilikan saham sudah dimiliki oleh investor domestik yaitu tepatnya 54,9 persen.

"Ini membesarkan hati karena kita tahu dengan dominasi porsi aktivitas transaksi oleh investor domestik ini, kita harapkan market resilience atau ketahanan pasar modal kita akan semakin kuat, semakin terjaga," ujar Hasan dalam sebuah seminar daring di Jakarta, Selasa,

Baca juga: Danareksa optimis pertumbuhan investor domestik bakal topang investasi

Hasan menyampaikan, berdasarkan data lima hingga enam tahun terakhir memang terbukti tren kenaikan dari sisi porsi kepemilikan investor ritel secara konsisten terus bertambah. Kini angkanya bahkan melampaui dua kali jika dibanding angka pada akhir 2015 yaitu dari 6,5 persen menjadi 14,5 persen. Sementara itu, sisanya sebanyak 40,5 persen dimiliki oleh investor institusi dan 45 persen dimiliki oleh investor asing.

Sedangkan dari sisi nilai transaksi, selain peningkatan yang tajam dari Rp9,2 triliun pada 2020 menjadi Rp13,5 triliun pada Juni 2021, sebanyak 59,3 persen disumbangkan oleh aktivitas transaksi investor ritel dan menyisakan 16,2 persen porsi investor institusi dan 24,5 persen investor asing.

"Jadi seandainya ada sudden reversal karena mungkin gejolak ekonomi di mana investor asing untuk sementara harus pull out dan lakukan penjualan saham-sahamnya, terbukti beberapa saat lalu kita lihat indeks kita tetap dapat bertahan karena ada support atau dukungan penuh dari akivitas para investor domestik khususnya dari investor ritel kita," kata Hasan.

Baca juga: Kemenkeu : investor domestik dominasi lelang penerbitan SUN

Hasan menambahkan, rupanya sumber pertumbuhan dan euforia dari investor ritel tersebut datangnya dari investor usia muda. Angka pertumbuhan tertinggi tercatat dari investor berusia 18-25 tahun atau generasi Z yang tumbuh 36 persen per Mei 2021.

Lalu disusul oleh generasi milenial atau investor dengan rentang usia 26-30 tahun dan usia 31-40 tahun yang masing-masing tumbuh 19 persen dan 22 persen. Sedangkan investor yang berusia di atas 40 tahun tumbuh 23 persen.

"Mudah-mudahan ini jadi demografi yang sangat baik yang menunjnag tingkat ketahanan pasar kita pada saat misalnya terjadi gejolak sesaat atau krisis yang kita hadapi," ujar Hasan.

Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2021