New York (ANTARA) - Dolar sedikit lebih tinggi pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), setelah rilis risalah pertemuan kebijakan terbaru Federal Reserve AS, yang menunjukkan para pejabat Fed bergulat dengan timbulnya kekhawatiran inflasi dan stabilitas keuangan tetapi tidak termasuk kejutan besar.

Para pejabat Fed bulan lalu merasakan kemajuan substansial lebih lanjut pada pemulihan ekonomi "secara umum dipandang belum terpenuhi," tetapi sepakat bahwa mereka harus siap untuk bertindak jika inflasi atau risiko lain terwujud, menurut risalah pertemuan kebijakan bank sentral Juni.

Greenback sedikit melemah setelah rilis risalah, namun kemudian berbalik arah dan beringsut lebih tinggi.

"Risalah hari ini hanya berfungsi untuk mengonfirmasi bahwa Fed kemungkinan besar akan mengurangi pembelian aset pada suatu waktu tahun ini," kata Kathy Lien, direktur pelaksana BK Asset Management.

Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya, naik 0,135 persen pada 92,664, berkonsolidasi di dekat level tertinggi tiga bulan baru-baru ini, bahkan ketika imbal hasil obligasi AS turun ke level terendah sejak Februari.



Baca juga: Dolar menguat ketika pasar menunggu petunjuk dari Fed AS


Tekanan dari imbal hasil obligasi yang lebih rendah, bersama dengan beberapa laporan ekonomi lemah baru-baru ini, kemungkinan berkontribusi pada reaksi lesu greenback terhadap risalah Fed, kata Lien.

Tetapi ekonomi AS bangkit dari pandemi COVID-19 dalam kondisi yang lebih baik daripada Eropa dan Jepang, yang menjadi pertanda baik bagi greenback, tambahnya.

"Intinya adalah, tidak ada reaksi besar, tapi saya tidak berpikir itu akan menghalangi perpanjangan kenaikan dolar," katanya.

Salah satu pendorong utama valas pada paruh kedua tahun ini adalah divergensi bank sentral yang mulai mengurangi stimulus moneter, berdasarkan fundamental ekonomi yang kuat, dan yang tidak, kata Win Thin, kepala strategi mata uang global di Brown Brothers Harriman.

Indeks dolar AS saat ini diperdagangkan lebih dari 3,0 persen di atas pada Februari ketika imbal hasil AS terakhir serendah ini, katanya.

"Yang membawa kita kembali ke kinerja ekonomi AS yang diantisipasi dan akhirnya penarikan stimulus oleh The Fed," katanya.


Baca juga: Dolar melemah di tengah libur hari kemerdekaan AS


Euro menyentuh level terendah tiga bulan terhadap dolar pada Rabu (7/7/2021) setelah data Jerman menimbulkan keraguan tentang kekuatan pemulihan ekonomi.

Mata uang tunggal Eropa berpindah tangan pada 1,18035 dolar AS, setelah sebelumnya menyentuh level terendah tiga bulan di 1,17815 dolar AS. Terhadap yen, euro turun menjadi 130,535 yen, mendekati level terendah dua bulan di 130,05 yang ditetapkan pada 21 Juni.

Sentimen investor di Jerman, ekonomi terbesar zona euro, turun tajam pada Juli, meskipun tetap pada level yang sangat tinggi, lembaga penelitian ekonomi ZEW melaporkan.

Mata uang sensitif risiko lainnya terpukul setelah harga minyak jatuh karena produsen OPEC membatalkan pertemuan ketika pemain utama tidak dapat mencapai kesepakatan untuk meningkatkan pasokan.

Dolar Australia merosot 0,14 persen menjadi 0,7484 dolar AS, stabil setelah rebound pada Selasa (6/7/2021) ketika bank sentral Australia, Reserve Bank of Australia/RBA, mengambil langkah pertama menuju pengurangan stimulus.

RBA mengumumkan putaran ketiga dari program pelonggaran kuantitatifnya, meskipun dengan ukuran yang lebih kecil dari dua putaran sebelumnya, sambil mempertahankan obligasi April 2024 untuk target imbal hasil tiga tahun sebesar 0,1 persen.

Yen Jepang diperdagangkan sedikit berubah pada 110,590 yen per dolar, masih mempertahankan kenaikan dari level terendah 15-bulan di 111,64 yang disentuh minggu lalu.


Baca juga: Dolar tergelincir setelah laporan ketenagakerjaan AS

Baca juga: Kurs dolar menguat, terkerek data klaim pengangguran AS

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2021