Hal-hal nonteknis kadang lebih banyak bermain di pertandingan-pertandingan besar termasuk Olimpiade
Jakarta (ANTARA) - Jonathan Christie akan tampil membela Indonesia di ajang Olimpiade Tokyo 2020 pada 23 Juli hingga 8 Agustus mendatang, bersama Anthony Sinisuka Ginting akan menjadi perwakilan Merah-Putih di sektor tunggal putra.

Atlet yang saat ini berusia 23 tahun itu telah dinyatakan lolos kualifikasi Olimpiade Tokyo setelah berhasil menempati peringkat ketujuh daftar Race to Tokyo BWF di nomor tunggal putra dengan mengumpulkan 72.940 poin.

Bertanding di ajang multievent tersebut, Jonatan terbilang memiliki sejumlah catatan sukses. Pria yang akrab disapa Jojo itu telah berhasil menaklukkan SEA Games 2017 Kuala Lumpur dan Asian Games 2018 Jakarta.

Baca juga: Jonatan yakini pemusatan latihan di Kumamoto berdampak positif

Namun, jalan untuk dapat memiliki kesempatan bertanding di ajang multievent tingkat dunia, Olimpiade, telah ditempuh Jonatan jauh sebelum itu.

Jonatan pertama kali mencicipi gelar juara dalam turnamen BWF Indonesia International Challenge 2013. Tak tanggung-tanggung, dia menundukkan juara bertahan pemain senior Alamsyah Yunus dengan dua gim langsung 21-17, 21-10 saat dia berusia 15 tahun.

Namun, Jonatan tidak dapat mempertahankan gelar juaranya pada tahun berikutnya. Dia harus mengakui keunggulan pemain asal Korea Lee Hyun Il pada babak final setelah melewati pertarungan sengit lima gim.

Harus puas menjadi runner up, tak membuat Jojo patah semangat. Dua bulan berselang, Jonatan kembali berhasil naik podium juara di Swiss International Challenge 2014. Jojo yang saat itu berada di posisi 178 dunia berhasil mengalahkan pemain Hong Kong Ng Ka Long Angus yang saat itu berada di rangking 43 dunia.

Jonatan, yang bergabung di Pelatnas PBSI di Cipayung Jakarta Timur sejak 2013, berpartisipasi dalam tim nasional pada sejumlah kejuaraan, termasuk Piala Sudirman, Kejuaraan Bulu Tangkis Asia dan Piala Thomas.

Pada ajang multievent tingkat Asia Tenggara, SEA Games 2017 bahkan menyumbang raihan emas kontingen Indonesia. Jonatan mengalahkan pemain dari Thailand, Khosit Phetpradab, dengan skor 21-19, 21-10 dalam waktu 37 menit.

Pada tahun yang sama, Jonatan mengikuti Korea Open 2017, namun kalah dari kompatriotnya Anthony Ginting di partai final. Keduanya menjalani pertandingan alot dalam pertarungan tiga gim selama 68 menit yang berakhir dengan skor 21-13, 19-21, 22-20.

Baca juga: Jonatan ingin matangkan faktor non-teknis jelang Olimpiade

Satu tahun berselang, Jonatan kembali harus berada di podium kedua saat berhadapan dengan pemain gaek asal China, Lin Dan, pada New Zealand Open 2018.

Namun, Jonatan menunjukkan kemampuannya, saat menjuarai Asian Games 2018, menjawab penantian panjang Indonesia di nomor tunggal putra selama 12 tahun setelah kemenangan Taufik Hidayat pada 2006.

Hal itu mengingatkan ketika Taufik Hidayat bermain untuk terakhir kalinya di Indonesia Open 2013 sebelum gantung raket sebagai atlet bulu tangkis, ia menyerahkan raketnya kepada Jonatan yang waktu itu masih junior sebagai simbol estafet, dengan harapan atlet junior lebih berprestasi.

Pada Asian Games 2018, atlet kelahiran Jakarta, 15 September 1997 itu melakoni pertarungan tiga gim yang berlangsung selama 1 jam 13 menit untuk menaklukkan pemain peringkat enam dunia Chou Tien Chen asal Taiwan dengan skor 21-18, 20-22, 21-15.

Pada 2019, Jonatan akhirnya berhasil membawa pulang gelar juara New Zealand Open, sekaligus menjadi gelar juara pertamanya di BWF Tour, setelah mengalahkan pemain asal Hong Kong Ng Ka Long Angus di babak final.

Kembali berhadapan dengan Anthony Ginting di babak final, kini giliran Jonatan membawa pulang gelar juara mengalahkan rekan satu negaranya itu di Australia Open 2019 dalam duel yang berlangsung panjang hingga rubber game.

Berlanjut ke BWF World Tour Super 750, Jonatan harus berpuas diri sebagai runner up di Japan Open 2019 setelah ditundukkan peringkat pertama dunia Kento Momota di laga final.

Baca juga: Target Indonesia di Olimpiade Tokyo bukan lagi medali, tapi peringkat

Pada French Open 2019, Jonatan juga harus legawa menjadi runner up tunggal putra setelah tak mampu bersaing dengan pemain China Chen Long di babak final.

Jonatan dan enam wakil Indonesia lainnya yang berada di tim bulu tangkis untuk Olimpiade Tokyo, yang akan dimulai pada 23 Juli, akan terbang Kamis malam (8/7), menuju Prefektur Kumamoto, Jepang untuk proses adaptasi dan aklimatisasi selama 10 hari sebelum menjejakkan kaki di Tokyo.

Selain dari segi teknis, Jonatan juga mempersiapkan diri dari sisi nonteknis. "Hal-hal nonteknis kadang lebih banyak bermain di pertandingan-pertandingan besar termasuk Olimpiade. Itu yang saya coba fokuskan sekarang, hal-hal nonteknis karena kalau teknis sudah lumayan baik," kata Jonatan.

Sukses di ajang multievent SEA Games 2017 dan Asian Games 2018 dengan menggondol medali emas tak membuat Jojo jumawa. Dia bahkan sadar betul Olimpiade adalah ajang yang sama sekali berbeda dari multievent lain.

Pemain yang memiliki tinggi 179cm itu mengantisipasi para pemain Eropa, yang menurut dia saat ini sangat bagus. Dia melihat persaingan akan ketat pada Olimpiade kali ini, karena tentunya kekuatan bulu tangkis masih ada di Asia, yang menjadi tempat tuan rumah ajang multievent global tersebut.

Pertandingan cabang bulu tangkis Olimpiade Tokyo 2020 akan dilangsungkan pada 24 Juli hingga 2 Agustus 2021 di Musashino Forest Sport Plaza, Jepang.

Jika Jonatan dapat bermain lepas, tanpa tekanan, bukan tidak mungkin dia memenangi ajang multievent tingkat dunia tersebut, sekaligus kembali meneruskan tongkat estafet Taufik Hidayat yang membawa pulang medali emas pada Olimpiade Athena 2004.

Baca juga: Atlet bulu tangkis berangkat paling awal ke Olimpiade Tokyo

Biodata singkat
Nama : Jonatan Christie
Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 15 September 1997
Tinggi: 179 cm
Asal Klub : PB Tangkas Intiland

Baca juga: Presiden Jokowi: atlet Indonesia emban amanat berat di Olimpiade Tokyo

Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2021